Tips agar usaha awet ala Bob Merdeka, bos muda cemilan pedas Maicih

user
Mohammad Taufik 17 Desember 2015, 12:16 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Bagi Anda penyuka cemilan pedas, pasti sudah tidak akan asing lagi dengan Maicih. Produk keripik pedas yang menjadi pelopor makanan ringan pedas di Kota Bandung. Produk yang dirintis oleh Dimas Ginanjar Merdeka atau lebih akrab disapa Bob Merdeka itu dibangun sejak pertengahan 2010 dan masih bertahan hingga sekarang.

Produk Maicih mencapai puncak jayanya pada tahun 2012 dengan angka penjualan tertinggi saat itu. Meskipun tidak sepopuler tiga tahun ke belakang, produk-produk Maicih masih diburu oleh para konsumennya.

"Kebetulan pas 2011 sampai 2012 Maicih jadi trend. Namanya tren pasti turun dan yang kita lakukan, kami enggak mau jadi bisnis tren. Makanya kita selalu berinovasi terus, kita coba varian-varian lain. Kita enggak mau stuck di beberapa produk," ujar Bob saat berbincang dengan Merdeka Bandung, Jumat (4/12).

Bob merasakan betul penurunan produksi pada 2013. Angka penjualan produknya mulai merosot tajam bahkan hingga angka 50 persen. Namun justru di situlah mental sebagai pengusaha diuji. Berbekal pengalaman berdagang yang dilakoni sejak kuliah, membuat Bob berpikir keras agara produk-produknya tetap diminati oleh konsumen setianya.

Inovasi menjadi satu-satunya cara agar produknya tetap diminati oleh konsumen. Bob memamg sudah mulai membuat produk-produk baru sejak 2011. Hampir setiap 3 bulan sekali dia mengeluarkan produk-produk baru seperti keripik basreng, gurilem, makaroni dan keripik sukun.

"Untuk awal kita kan terkenalnya hanya keripik singkong pedas dengan masing- masing levelnya. Kemudian kita tambah variannya. Nah di tahun 2014, kita bikin Maicih bakso. Kita punya gerai Maicih bakso di floating lembang," ujar pria kelahiran 17 Agustus 1985 ini.

Untuk wilayah pemasaran sendiri, lanjut Bob, produknya telah dipasarkan hingga ke seluruh wilayah Indonesia. Tak hanya pasar di dalam negeri, pangsa pasar di luar negeri juga masih tetap menggeliat. Sebut saja sejumlah negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan Brunei. Kemudian hingga ke Amerika dan Kanada, permintaan produknya masih tetap tinggi.

"Untuk wilayah di Indonesia kita masih dapat pasarnya, terutama di kota-kota besar dari Aceh sampai Timika. Kemudian dari luar negeri seperti Malaysia, Singapura, Brunei dan juga dibantu teman-teman yang ada di Amerika dan Kanada. Kita sistemnya jejaring reseler, mengadopsi network marketing," ucap lulusan Administrasi Niaga Unpar Bandung ini

Dalam waktu dekat, Bob akan kembali mengeluarkan produk terbarunya yakni batagor instan. Sama seperti saat membuat produk pertamanya, keripik pedas. Ide membuat produk batagor ini juga karena dirinya suka makan batagor.

"Karena dasarnya saya hobi makan. Jadi kalau mau makan batagor kan harus ke tempat batagornya. Nah dari situ muncul ide kenapa enggak saya buat di rumah dengan seduh doang. Jadi semua produk yang saya buat ide awalnya base on hoby," terang pria yang permah masuk dalam jajaran 50 pemuda berpengaruh dalam industri kreatif di Indonesia dari Marketeers Indonesia pada 2012 ini.

Pengusaha harus berteman dengan kegagalan

Kesuksesan Bob Merdeka membangun Maicih hingga seperti saat ini tidak bisa dilepaskan dari buah kerja kerasnya selama lima tahun merintis usaha. Selama menjalankan bisnisnya, tak selamanya berjalan mulus.

Selama merintis usaha keripik singkong pedasnya, Bob sempat mengalami kegagalan dan kerugian. Mulai dari produknya dipalsukan hingga uang perusahaan yang dibawa lari oleh partner bisnisnya.

"Kalo bicara rugi dan kegagalan, pengusaha harus berteman dengan itu semua. Dari tahun ke tahun kendala itu selalu ada. Contonya pada tahun 2011, karena kita belum punya merk dagang, banyak produk kita yang dipalsukan. Ada konsumen ngetweet dapat Maicih. Setelah dilihat, itu bukan produk dari kita. Sampai hari ini masih ada, cuma ga segila dulu," ujar Bob kepada Merdeka Bandung, Jumat (4/12)

Pada 2012, lanjut Bob, uang perusahaan pun pernah dibawa lari oleh salah partner bisnisnya. Saat itu dia mempercayakan pengelolaan uang kepada salah seorang di perusahaannya. Namun rupanya uang itu justru malah dibawa lari.

"Tahun 2012 kita pernah kehilangan uang cukup gede. Di situ kita terpukul tentang kepercayaan. Jadi susah buat ngebangun lagi," ucap Bob.

Tak hanya itu, pada 2013 pabrik produksi Maicih yang berada di Jalan Primaraga sempat mengalami musibah kebakaran. Api melahap barang stok produk dan juga mesin produksi yang berada di pabrik.

"Konsumen dan reseller kan enggak bisa menunggu ketika kebakaran terjadi. Permintaan mah tetap ada, makanya besoknya kita langsung ngebangun lagi. Udah ga mikirin siapa yang ngebakar dan sebagainya. Memang kebakarannya cukup aneh, terjadi pas subuh-subuh, pas enggak ada produksi, kerusakan listrik, dari gas, juga enggak ada," ungkap Bob.

Kondisi ini sempat membuat membuat bangunan kantor menjadi tempat produksi darurat. "Bayangin di sini ada admin di depan komputer, di depannya ngegoreng keripik. Karena pabriknya kebakaran, ya sudah seadanya. Pas kebakaran kantor jadi pabrik darurat," kata Bob.

Namun demikian dari sejumlah rentetan masalah yang dihadapi justru membuat Bob semakin kuat dan percaya diri dalam merintis usahanya. Sebab dari situ dia banyak belajar untuk mengatasi setiap kendala yang dia hadapi selama menjalankan usahanya.

"Banyak juga selama perjalanan Maicih lima tahun ini, bukan tanpa kemalangan, kegagalan dan kerugian. Cuma orang-orang enggak lihat itu, bahwa ternyata Maicih sampai detik ini juga sarat dengan kegagalan juga," tuturnya.

Dia melanjutkan, "Jadi sebenarnya ini yang harus dimiliki oleh teman-teman yang mau terjun ke dunia usaha, bahwa harus punya mental itu yakni berteman dengan kegagalan. Bukan menghindari ya, tapi harus dihadapi saja. Karena enggak mungkin ga ada, pasti ada."

Kredit

Bagikan