Jurnalis yang kini menjadi ketua gerakan guru honorer


Yanyan Hendriyan
Bandung.merdeka.com - Bicara guru honorer tidak lepas dari Forum Komunikasi Guru Honorer (FKGH) Bandung. Lewat FKGH, hampir 20 ribu guru honorer di Bandung kompak berserikat. Di level nasional, FKGH berhasil mendorong lahirnya Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Pengangkatan Honorer Menjadi PNS.
Salah satu motor FKGH adalah Yanyan Herdiyan, kini menjabat sebaga ketua. Ayah satu anak ini mengatakan, banyak guru yang masuk ke dunia pendidikan tadinya karena terpaksa.
"Tapi ketika sudah menjalani, keterpaksaan itu berubah menjadi pengabdian," katanya, kepada Merdeka Bandung, beberapa waktu lalu.
Dia sendiri tadinya coba-coba saja memenuhi ajakan seorang teman untuk ngajar bahasa Inggir di SD Sayuran Cijerah pada 1998-2000. Pertama kali masuk SD tersebut, dia kaget guru yang ada di sekolah itu hanya dua orang, harusnya minimal enam guru yang ngajar dari kelas 1 sampai kelas 6.
"Ternyata guru lainnya sibuk mencari sampingan," terang guru kelahiran 13 Februari 1970 itu.
Rupanya penghasilan guru honorer sangat jauh untuk bisa menutupi kebutuhan pokok. Ia ingat, honor pertamanya masa itu hanya Rp 75.000 sebulan. Menurut dia, ada yang salah dari sistem pendidikan, khususnya menyangkut kesejahteraan guru honorer.
"Melihat kondisi persekolahan yang memperihatinkan, yang tadinya hanya ingin coba-coba ngajar saya jadi terikat," ujarnya.
Background pendidikan Yanyan bukan guru, melainkan sarjana ilmu komunikasi Universitas Padjdjaran. Sebelumnya ia adalah jurnalis Cianjur Pos yang kemudian menjadi penulis lepas di sejumlah koran harian di Bandung.
Jauh sebelum menjadi honorer, ia pernah ditawari sang ibu, Ikah Atikah, yang juga guru di SD Bandung Kulon IV, untuk mengajar. Tawaran itu dia tolak, karena ingin berkarier di jurnalistik. "Saya suka pergi ke berbagai tempat untuk membuat feature."
Nasib guru honorer saat ini ada sedikit peningkatan dibandingkan guru honorer zaman dulu. Dulu, tidak ada sertifikasi dan tunjangan fungsional. Guru honorer seolah dianaktirikan dibandingkan guru negeri (PNS).
Pada 2004 pemerintah mengeluarkan kebijakan pengankatan guru bantu. Banyak rekan-rekannya yang diangkat menjadi PNS. Pengangkatan itu menunjukkan peluang bahwa guru honorer bisa diangkat jadi PNS.
Maka digagaslah pembentukan FKGH di SMA Pasundan 3 pada 2007. Yanyan diangkat menjadi koordinator FKGH Kecamatan Bandung Kulon. Tahun itu pula gerakan besar pertama FKGH bergulir dengan tuntutan pengangkatan guru honorer menjadi PNS.
Ia menuturkan, para guru honorer melakukan demonstrasi besar-besaran ke Jakarta. Di ibu kota aksi ini memacetkan jalan masuk di depan DPR RI. Aksi ini menarik perhatian media televisi nasional.
Ia menduga, Presiden SBY waktu itu menonton aksi para guru. Tidak lama setelah aksi, dibentuklah Panja yang kemudian bersama DPR melahirkan PP 56. "Kalau tidak ada aksi itu, mungkin PP 56 tidak akan lahir," katanya.
PP 56 tidak berlaku bagi guru saja, tetapi bagi honorer selain guru. "Itu aktornya FKGH. Dampak PP 56 membuat tenaga honorer di luar guru juga kebagian manfaatnya," ujar pria yang kini guru olahraga di SD Bandung Raya, Cijerah, tersebut.
Meski sudah jadi guru honorer, ia masih membiasakan menulis artikel lepas. Namun kesibukannya membuat intensitas tulisannya berkurang drastis. "Dulu awal-awal jadi guru saya masih sering dapat honor tulisan. Kini setelah punya anak istri ditambah kesibukan jadi guru, paling tiga bulan sekali nulis," katanya seraya tertawa.
BERITA TERKAIT
Pengakuan Bharada E di Balik Perintah Tembak dari Atasan
Pengakuan Bharada E di Balik Perintah Tembak dari Atasan
5 Poin Rekomendasi Kebijakan Siap Diusulkan T20 dalam Forum G20
Alami Pengapuran Sendi Lutut? Coba Minum Susu Nutrisi
Perawatan Kulit Kian Diminati, BeautieSS Resmikan Satu Klinik Baru
Aswita Dewi Ingin Batik jadi Pakaian Kekinian
Amazit T-Rex 2 Jadi Jam Tangan Pintar Bagi Para Petualang
Aplikasi Jantungku Jadi Solusi Layanan Kesehatan Jantung, Ini 6 Fitur Unggulannya
Jejak Kopda Muslimin Sebelum Ditemukan Tewas di Rumah Orang Tua
Gleaneagles Hospital Punya Inovasi Teknologi Baru Bernama Gamma Knife
Kerry Indonesia Kembali Meraih Penghargaan HR Asia Awards 2022
Gandeng Aurel Hermansyah, CKL.LOOKS Akan Rilis Produk Eksklusif
Dukungan Orangtua Dalam Tumbuh Kembang Anak di Masa Transisi Pasca Pandemi
Tidak Pelit Ilmu, Hendra Hidayat Dikenal Sebagai Pionir Implan Gigi di Indonesia
Linde Indonesia Akan Pasok Gas Industri dengan Kemurnian Tinggi ke PT Freeport
KORIKA Gelar Webinar Kecerdasan Artifisial (AI) Bidang Kesehatan
Garmin Run Club Menjadi Wadah Bagi Para Pecinta Olahraga Lari
Jam Tangan Pintar yang Bisa Jadi Pilihan Para Pelari Karena Fitur Canggihnya
Alasan Mengapa Reinvestment Keuntungan Sangat Krusial Bagi Bisnis
EdenFarm Berbagi Hewan Kurban dengan Komunitas Tani di Sekitar ECF
Trademark Market Hadir Lagi, Kini Tenantnya Lebih Banyak