Sempat jadi kenek angkot, pria ini sekarang jadi pengusaha

user
Muhammad Hasits 11 Desember 2015, 14:25 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Sentra industri rajut di Jalan Binong Jati, Kota Bandung merupakan salah satu kawasan yang cukup terkenal dengan produk rajutannya. Aneka produk rajutan seperti  jaket, sweater, cardigan dihasilkan dari perajin rajut di tempat ini.

Rudi Chaniago adalah salah satu pengusaha rajut  yang terbilang sukses merintis usahanya dari nol. Hingga saat ini produk rajutannya telah dipasarkan ke beberapa wilayah di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, Malang hingga ke Bali.

Pria asal Padang ini berkisah mulai merantau ke Bandung pada tahun 1992. Sebelum mulai merintis usaha rajut pada tahun 1993, Rudi  sempat menjadi kenek angkot  di Bandung.

" Mulai merantau tahun 1991 jadi kenek angkot jurusan Cicadas - Cibiru. Niatnya saya ingin cari kerja. Di kampung sebagian besar jadi petani, tapi oleh orang tua diajarin untuk usaha. Dari SD kelas 3, saya jualan diajak sama orangtua, mulai jualan nangka, petai, jengkol. Jadi saya ngirim ke pasar," ujar Rudi kepasa Merdeka Bandung saat ditemui di pabrik rajut miliknya di Jalan Binong Jati, Kota Bandung, Minggu (6/12).

Melakoni pekerjaan sebagai kenek angkot, Rudi mulai menyisihkan sebagaian pendapatannya untuk usaha. Hingga akhirnya selama satu tahun bekerja sebagai kenek angkot, dia memutuskan berhenti dari pekerjaannya itu.

Tahun 1993,  Rudi mulai memiliki niat untuk membuka usaha. Karena belum memiliki modal yang cukup, Rudi ikut bersama sang kakak yang sudah lebih dulu memulai usaha konveksi di Bandung.

" Ada kakak saya usaha konveksi di sini. Saya bantu masarin produknya ke toko-toko. Jadi Saya dilatih susah dulu. Keluarga saya juga bilang ga boleh langsung menonjol, meningkat ke atas. Seandainya saat kita jatuh usaha, kita ga kaget," ucap Rudi pria kelahiran 15 Juni 1976 ini.

Setelah dirasa memiliki modal yang cukup, baru pada tahun 1995 Rudi mulai memberanikan diri untuk membuka usahanya sendiri. Saat itu dia membuka usaha konveksi pembuatan celana jeans dengan mengontrak sebuah rumah di kawasan Sukapura. Rudi masih ingat taat pertama kali, dia hanya memiliki dua mesin jahit dan satu mesin obras.

"Alhamdulillah dari situ usaha saya mulai berkembang. Keuntungan dari hasil penjualan saya belikan lagi mesin jahit hingga ada 20an unit dan pegawai Saya pun mulai banyak. Saya bisa memproduksi 250 potong pakaian dalam sehari," ujar pria tamatan SMP ini.

Usaha konveksi Rudi terus berkembang hingga tahun 2000an. Namun saat itulah mentalnya sebagai pengusaha diuji. Barang senilai ratusan dibawa lari oleh rekanan bisnisnya. Kondisi ini membuat  usahanya lagsung gulung tikar.

" Pada tahun 2001 ada yang pesan barang dengan Saya. Dia memang partner bisnis saya. Pertama bayar kontan, kedua bayar kontan dan seterusnya begitu. Tapi di satu waktu dikasih barang tapi ga  bayar. Barang senilai Rp 150 juta  dibawa kabur sama dia dan usaha saya langsung bangkrut,"ucap Rudi.

Tak berputus ada Rudi mulai  kembali menata bisnisnya. Dengan sisa uang tabungan Rp 10  juta Rudi kembali memulai bisnisnya. Satu tahun kemudian usahanya kembali bangkit. Hingga dia menikahi wanita pujaan hatinya asal Binongjati yang menjadi istrinya saat ini.

" Alhamdulillah satu tahun bangkit lagi. Malah saya mampu membeli mobil. Ya selalu ada hikmah di balik musibah," kata dia.

Untuk memperluas usahanya, Rudi kemudian membuka toko pakaian anak-anak di Pasar Andir Bandung. Selama hampir empat tahun dia berdagang di sana rupanya musibah kembali datang. Sebagian besar lokasi pasar dilalap si jago merah. Musibah itu membuat barang-barang yang ada di tokonya habis terbakar.

Sejak saat itu, Rudi kembali ke bisnisnya semula yakni industri  rajut. Pada tahun 2008, Rudi bersama bersama sang istri kembali merintis usaha  produk rajut. Rudi membuat beragam produk rajut seperti cardigan dan jaket.

Seiring berjalannya waktu, usahanya perlahan, mulai berkembang. Produknya mulai laku di pasaran. Dia mulai dipasarkan ke sejumlah tempat perbelanjaan di Kota Bandung seperti Pasar Baru, Pasar Andir. Pangsa pasarnya kemudian mulai merambah Jakarta,  Malang, Surabaya, hingga ke Bali.

Selain memproduksi produk rajut, Rudi juga membuat celana jeans khusus wanita dengan merk 'Alya' yang diambil dari nama anaknya.

Dalam seminggu Rudi mampu memproduksi 60 lusin pakaian rajut dan 40 potong celana jeans dalam sehari.

" Untuk wilayah pemasaran, saya kirim barang ke Jakarta sampai ke Bali. Saya udah punya langganan toko di sana,"pungkasnya.

Kredit

Bagikan