Berkat kerapu dan udang, Growpal sukses jajal pasar internasional

user
Mohammad Taufik 14 April 2017, 11:05 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Berkat kerapu dan udang, Growpal sukses jajal pasar internasional. Sebuah startup bidang financial technology (fintech), sukses meraih pasar ekspor komoditas kerapu dan udang sekalipun tak berlatar bidang teknologi informasi komunikasi (TIK).

CEO Growpal, Achmad Rizqi Akbar, mengatakan sejak awal tahun ini sudah menerima dana dari investor kisaran Rp 3 miliar dengan rerata ekspor kerapu 400 ton dan udang 50 ton per bulan.

Pasar ekspor primer perusahaan ini ada pada semua negara kawasan Asia Tenggara, sisanya dalam jumlah kecil di Hongkong dan Amerika Serikat.

"Latar saya Sarjana Perikanan Universitas Brawijaya, Malang, angkatan 2010. Saya baru masuk industri fintech awal 2017, tak punya latar fintech apalagi coding, namun Indigo.id membuat saya melek industri digital," ujar Achmad kepada Merdeka Bandung, Jumat (14/4).

Menurutnya, tanpa latar TIK, dua tahun sebelumnya dia sudah berbisnis ikan dan udang secara konvensional. Namun dia berusaha meningkatkan skala bisnis di sektor digital meski awalnya tak tahu persis cara masuknya bagaimana.

Growpal lalu mencoba masuk seleksi program batch II Indigo.id pada pertengahan tahun lalu dan dinyatakan lulus seleksi pada 8 November 2016 lalu.

Terpilih sebagai peserta inkubator jenis product validation (pengguna menyukai aplikasi) Indigo.id, Growpal selain peroleh inkubasi dan mentoring, juga sudah memperoleh injeksi sebesar Rp 120 juta. Saat ini, perusahaan rintisan asal Surabaya ini sedang dalam tahap seleksi market validation atau siap menjadi mesin bisnis untuk kemudian memperoleh injeksi hingga Rp 1 miliar lebih.

Growpal sendiri digawangi anak muda rerata usia 20 tahun-an, seperti CEO berusia 23 tahun. Sisanya seumuran, yakni mereka adalah Shahriansyah Candraditya (CMO), Paundra Noorbaskoro (CPO), dan Raka kurnia Novriantama (CTO).

Jenis fintech yang mereka lakukan adalah menghubungkan netizen sebagai investor kepada peternak komoditas perikanan pasar ekspor yang saat ini di bidang kerapu dan udang. Dengan investasi awal kerapu sekitar Rp 20 juta dan udang Rp 200 juta, tingkat return of investment (RoI) diklaim paling tinggi dari fintech sejenisnya yakni antara 35 hingga 50 persen.

Rizqi, sapaannya, menambahkan, peternak ikan mereka saat ini berada di kawasan Pacitan dan Sumbawa (udang) serta Situbondo, Banyuwangi, dan Bali (kerapu).

"Inkubasi Indigo.id membuat saya kemudian menerapkan pola agen Growpal di sentra peternakan kami. Mereka lah yang menjadi supervisor kami, mengawasi agar peternak menerapkan standar operasi yang ditetapkan agar memenuhi standar ekspor," ujarnya.

Sejauh ini, kata dia, pola fintech yang diterapkan relatif berhasil karena dana kelolaan terus bertambah. Sementara dari sisi produksi, pengiriman komoditas pun masih belum bisa memenuhi keinginan buyer dari luar.

Dari ekspor kerapu 400 ton, permintaan pasar sebetulnya mencapai 3000 ton sedangkan ekspor udang 50 ton baru memenuhi seperempat kebutuhan. Ini belum mencakup potensi pasar ekspor ikan lainnya.

"Kami memenuhi dulu kebutuhan operasional peternak, kami talangi sebelum investor ke Growpal masuk. Dengan pola fintech, harapannya makin banyak investor yang mau tanam uangnya, sehingga total kebutuhan pasar bisa kami penuhi," ujarnya.

Rizqi dan kawan-kawan juga berusaha mendekatkan diri dengan investor antara lain dengan rencana memindahkan kantor utamanya dari Surabaya ke Jakarta dalam beberapa saat ke depan.

Kredit

Bagikan