Fans dari Malaysia-Belanda sering datang ke Museum Nike Ardilla

user
Mohammad Taufik 04 Desember 2015, 17:07 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Berada di Museum Nike Ardilla seperti diajak kembali menapaki era 90-an di mana musik dengan kaset pita sedang jaya-jayanya. Nike merupakan penyanyi yang berhasil menyabet BASF Award dan HDX Award, penghargaan paling prestisius untuk penyanyi di masa itu.

Museum ini masih sering dikunjungi para fans. Tak hanya dari dalam negeri, fans dari luar seperti Malaysia sampai Belanda juga masih mengunjungi museum tersebut.

Sebuah lemari kaca segi delapan menjadi saksi bisu kegemilangan penyanyi yang berjuluk lady rocker itu. Lemari kaca tersebut menyimpan BASF Award dan HDX Award yang trofinya menggunakan simbol kaset pita.

Dulu, hanya penyanyi berkualitas yang bisa mendapatkan BASF Award dan HDX Award. Misalnya untuk mendapat BASF Award, diukur seberapa besar penerimaan publik terhadap lagunya. BASF Award didapatkan Nike dan teman duetnya Deddy Dores pada 1990 dan 1991. Waktu itu album mereka, Bintang Kehidupan, terjual hingga dua juta keping!

Di era musik digital sekarang, belum ada penyanyi dengan usia yang masih belia bisa menyamai rekor Nike. Kegemilangan karier nyanyi Nike harus terhenti dalam sebuah kecelakaan 19 Maret 1995. Waktu itu usia Nike masih 19 tahun dan sudah menghasilkan belasan album.

Masih banyak penghargaan atau memorabilia yang dipajang di Museum Nike Ardilla. Fans Nike yang tergabung dalam Nike Ardilla Fans Club (NAFC) masih setia mengenangnya. Banyak penyanyi yang terinspirasi dari dara kelahiran Bandung 27 Desember 1975 itu. Banyak penyanyi masa kini yang disebut-sebut terinspirasi Nike.

Hingga kini penyanyi fenomenal itu masih memiliki fans fanatik, acara di televisi kerap mengenang lagu-lagunya. Bahkan Asia Week menulis soal Nike dengan judul "In Dead She Soared" (Dalam kematian Dia Bersinar). Hingga kini fans selalu mendatangi monumen Nike, terutama tiap bulan Maret terkait peristiwa kecelakaannya maupun pada hari kelahirannya di bulan Desember.

Museum Nike Ardilla berdiri di Jalan Aria Utama Nomor 5 Kompkeks Aria Grha, Jalan Soekarno-Hatta, Bandung, Jawa Barat. Museum menempati lantai dua, sementara lantai satunya dihuni keluarga.

Kakak kandung Nike, Alan Yudi, menuturkan, Nike merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara. Ia mengenang, seminggu sebelum kecelakaan Nike sempat mengeluh capek nyanyi terus. Ia berusaha menghibur dengan menyatakan bahwa sang adik sedang berada di puncak yang konsekuensinya pasti sangat menguras energi dan pikiran.

Alan kerap menjadi narasumber para fans maupun wartawan yang ingin mengetahui informasi tentang Museum Nike Ardilla. Museum ini dibangun berkat kerja sama NAFC dengan keluarga. Kurang dari setahun, museum dengan luas 300 meter persegi tersebut selesai dibangun. Pada 1996, Museum Nike Ardilla diresmikan.

Hingga kini masih ada fans yang datang ke museum, dari luar negeri juga ada, kata Alan, saat berbincang dengan Merdeka Bandung. Ia menyebutkan beberapa fans yang datang dari luar negeri seperti Timor Leste, Malaysia, Singapura, hingga Belanda. Wisatawan biasa pun banyak yang berkunjung, termasuk anak-anak sekolah. Anak-anak yang tidak mengalami Nike tahu dari orang tuanya, mereka datang kemari, tidak jarang ada yang ikut ngefans juga akhirnya, katanya.

Menurutnya, Museum Nike Ardilla berpotensi menjadi destinasi wisata Kota Bandung. Namun sayangnya potensi ini belum digarap serius oleh Pemkot Bandung.

Kredit

Bagikan