Batik Komar Bandung tujuan wisata turis mancanegara
Bandung.merdeka.com - Batik Komar menjadi salah satu sentra batik di Bandung yang sudah terkenal hingga mancanegara. Perusahaan batik yang berdiri di Jalan Raya Cigadung Timur 1 Nomor 5 Kota Bandung itu menjadi salah satu pelopor berdirinya Kampung Batik Bandung.
Batik Komar awalnya berdiri di Rancakendal, Bandung, sebelum menempati tempatnya yang sekarang, pada 1998. Pendirinya adalah pasangan suami-istri Komarudin Kudiya dan Nuryanti Widya. Keduanya berasal dari kota batik Cirebon. Ke Bandung mereka mengusung tradisi batik Cirebonan.
“Waktu berdirinya di Bandung, awalnya hanya punya tiga karyawan. Sekarang sudah 50 orang karyawan,” kata Public Relations Batik Komar, Raesita Rakhmawati, kepada Merdeka Bandung.
Meski pindah ke Bandung, pasangan suami istri Komarudin dan Nuryanti tetap menjalankan usaha batiknya yang di Cirebon. Saat ini jumlah karyawan di Cirebon sebanyak 250 orang. Baik yang di Bandung maupun di Cirebon, kebanyakan karyawannya bertugas nyanting atau melukis batik.
Sejak berdiri hingga kini, perjalanan Batik Komar mengikuti perkembangan zaman. Tradisi batik Cirebonan tetap menjadi kekhasan Batik Komar. Namun desain baru pun terus diciptakan, termasuk batik-batik modern atau kontemporer yang unik, tematik sehingga sejalan dengan tren mode masa kini.
Tidak jarang, desain Batik Komar mengkombinasikan tradisi batik tradisional dengan modern. Motif batik tradisional misalnya gambar kawung, parang, megamendung. Sedangkan yang modern atau kontemporer misalnya gambar angklung, mozaik, atau permainan garis lurus atau vertical.
“Pasar yang menghendaki desain seperti itu,” jelas Raesita.
Salah satu program unggulan Batik Komar adalah Edu Wisata, merupakan wisata membatik bagi masyarakat luas. Lewat program ini masyarakat lokal maupun mancanegara bisa belajar membatik sekaligus belanja batik.
“Kita kenalkan seni atau proses membatik pada masyarakat. Sehingga masyarakat tahu bahwa membatik adalah proses yang lama dan sulit. Tujuan akhirnya adalah muncul penghargaan masyarakat terhadap batik,” jelasnya.
Program yang dibuka sejak 2006 itu cukup berhasil. Dalam sekali kunjungan, wisatawan yang mengikuti program Edu Wisata bisa mencapai puluhan hingga ratusan.
Kunjungan rutin datang dari berbagai sekolah di berbagai kota. Sedangkan turis mancanegara yang datang di antaranya dari Malaysia, Singapura, Jepang, dan Amerika Serikat.