Mengenal filosofi dodol "Tek Kie" Bandung
Bandung.merdeka.com - Dodol Keranjang Tek Kie, Bandung, merupakan perusahaan dodol yang dijalankan secara turun-temurun. Dodol diproduksi setahun sekali setiap menjelang Tahun Baru China atau imlek.
Saat ini Dodol Keranjang Tek Kie sudah dikelola generasi keempat. Generasi pertama mulai merintis usaha dodolnya di Bandung sekitar tahun 50-an. Rentang panjang produksi dodol menghasilkan pelajaran hidup yang membuat Dodol Keranjang Tek Kie bertahan hingga kini.
Viencent Ruslianto, generasi keempat home industry Dodol Keranjang Tek Kie, menuturkan kerja keras menjadi kunci sukses memproduksi dodol. Dalam sehari, perusahaannya memproduksi dodol empat sampai 21 ton perhari.
“Sebulan sebelum imlek kita pertama produksi 4 ton. Sekarang seminggu jelang imlek 21 ton perhari. Pesanan tahun ini naik 10 persen,” kata Viencent, kepada Merdeka Bandung.
Dodol Keranjang Tek Kie dirintis oleh buyut Viencent pada tahun 50-an. Kemudian dilanjutkan generasi kedua, Lie Tek Siong yang merupakan kakeknya Viencent. Di zaman sang kakek, dodol ini mulai mengalami kemajuan. Merek Dodol Keranjang Tek Kie mulai dipakai.
Dahulu dodol ditim dengan bahan bakar api. “Zaman kakek mulai ketemu resep yang bagus,” kata pria 25 tahun itu. Kemudian di zaman generasi ketiga, lanjut Vincent, terjadi sejumlah pengembangan lagi. Generasi ketiga adalah ayahnya Vincent, yakni Lie Chen Ming atau Benny Ruslianto.
“Sama ayah dikembangin pakai bahan minyak, rasanya makin enak,” kata anak pertama dari dua bersaudara ini.
Pelajaran hidup dari sejarah membuat dodol, kata dia, bahwa hidup harus kerja keras. “Tak ada yang instan dalam hidup,” katanya. Dalam sekali produksi dodol diperlukan waktu 20 jam. “Jika tidak, dodol yang dihasilkan rasanya menjadi tidak enak. Butuh kesabaran dan kerja keras.” ujarnya.
Merek Dodol Keranjang Tek Kie sudah tidak asing lagi sebagai dodol imlek. Dalam tradisi imlek, dodol sebagai simbol kemakmuran. Distribusi dodol Tek Kie tersebar di Jawa Barat, sebagian dikirim ke Jakarta, Semarang dan Surabaya. Distribusi mengandalkan sistem jual lepas.
Untuk menjaga kualitas, dodol ini belum menjangkau luar Jawa. Sebab, komposisi dodol tidak mengandung bahan pengawet. Jika dikirim ke daerah jauh otomatis memerlukan waktu cukup lama.
“Kalau keluar Jawa belum bisa karena dodol tidak tahan lama. Kita kan pakai bahan alami tanpa pengawet. Umur dodol sendiri sebenarnya satu tahun. Sedangkan keempukannya hanya dua minggu. Sedangkan pelanggan kan banyak yang mengejar keempuknnya,” terangnya.
Dodol Keranjang Tek Kie terdiri dari tiga rasa, yaitu rasa original, wangi jeruk dan wangi pandan dengan ukuran 300 gram, 500 gram dan 1 kilogram. Harganya antara Rp 15 ribu sampai Rp 30 ribu. Menurut Vincent, harga dodol tahun ini naik Rp 1.000.