Sekarang Cihampelas masih jadi tempat Raja Jeans?

user
Mohammad Taufik 08 Desember 2015, 12:13 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Burlianto, 43 tahun, sibuk di balik mesin jahitnya. Kurang dari 10 menit sebuah kaos berkerah selesai ia kecilkan. Ia kembali mengambil kemeja dewasa, mengukur dan memberi tanda, mesin jahit kembali bekerja.

Begitu pekerjaan Pak Bur, demikian ia biasa disapa, tiap harinya di sebuah emper toko Jalan Cihampelas, pusat celana jeans di Bandung. Tak terasa sudah 15 tahun pria asli Palembang ini menjadi tukang vermaks.

Ia bersyukur dari hasil menjahit bisa menyekolahkan dua anaknya, yang kecil duduk di bangku SD dan yang besar di SMP. Ia bercita-cita menyekolahkan mereka hingga perguruan tinggi.

Selain itu, dari hasil menjahit pula ia bisa membeli rumah sendiri di daerah Karangtineung, kemudian membeli sebuah rumah lagi di kawasan Pelesiran kini ia kontrakkan. Untuk saat ini, bisa membeli rumah di Kota Bandung sangat sulit mengingat harganya selangit.

Sekarang rumah pada mahal, apalagi di dalam kota, ujar pria berkacamata ini. Ia mengaku rata-rata penghasilannya Rp 100 ribu perhari.

Ia beruntung hidup di masa Bandung masih belum sepadat saat ini. Dulu, kata dia, pada pertengahan 90-an Cihampelas masih menjadi satu-satunya pusat jeans paling lengkap dan murah. Semua pembeli tumplek ke jalan yang dijuluki raja jeans tersebut.

"Kalau sekarang sih jumlah pembelinya berkurang, tempat belanja di Bandung sekarang sudah banyak," kata Burlianto.

Kendati demikian, Cihampelas masih menjadi pusat belanja tujuan, julukan pusat jeans masih melekat. Terutama pada akhir pekan atau liburan, jalan ini masih dikunjungi turis lokal maupun mancanegara.

Pria ramah ini mulai merantau ke Bandung pada 1992. Tidak langsung menjahit, ia diajak saudaranya bekerja di toko jeans dengan gaji Rp 70 ribu perbulan. Pulang ke Palembang hanya setahun sekali.

Ia merasa, uang akan sulit terkumpul jika hanya mengandalkan kerja di orang lain. Ia pun memutuskan berwiraswasta dengan membuka jasa menjahit. "Kalau kerja terus mah saya bakal sulit beli rumah," katanya.

Ia cukup hafal dengan perkembangan Cihampelas. Ketika pertama kali menginjakkan kaki di tempat itu, pohon-pohon masih rindang, suasana sejuk. Jumlah bangunan pun tidak serapat saat ini.

Sekarang Bandung terasa panas, mungkin sudah banyak bangunan kali yah. Dulu di sini masih dingin sekali, kata pria yang sudah mengaku Bandung sebagai kampung halamannya, terlebih istrinya asli Bandung.

Kredit

Bagikan