Pasutri ini bikin kue takoyaki gurita Jepang rasa Bandung

user
Mohammad Taufik 14 Desember 2015, 12:57 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Pasangan suami istri Utami Sari ()35) dan Timor (39) kompak membuat kue-kue khas Jepang dengan citarasa Bandung. Mereka membuka gerai bernama Ritako House Cihampelas Walk, Jalan Cihampelas, Bandung. Utami Sari menuturkan, bisnis kue khas Jepang tersebut dimulai sejak 2007 lalu.

Bisnis ini, dia melanjutkan, dilatarbelakangi seringnya ia pulang pergi ke Jepang. Dari sana ia sering disuguhi kue-kue khas, di antaranya; takoyaki, yaitu kue bulat mirip bakso. Bedanya, di dalam takoyaki terdapat daging gurita.

Dari situ ia terinspirasi untuk membawa makanan tersebut ke kota kelahirannya, Bandung. "Waktu itu saya lihat di Bandung makanan apa yang belum masuk? Lalu saya dengan suami kerja sama promosikan takoyaki," katanya, kepada Merdeka Bandung.

Awalnya, respon warga Bandung terhadap takoyaki kurang antusias. Terlebih kue ini mengolah daging gurita. "Ada kesan serem dari gurita. Padahal kalau gurita diolah kan masuknya sea food," katanya.

Maka untuk mengenalkan takoyaki, ibu muda yang akrab disapa Tami ini memodifikasi takoyaki dengan daging cincang, keju, dan daging kepiting. Soal rasa juga disesuaikan dengan lidah Bandung. "Jadi responnya di Bandung baik. Rasanya dimodifikasi supaya lebih Indonesia, jadi rasanya masuk," katanya.

Kendati demikian, Ritako House tetap menyediakan menu kue original Jepang. Selain itu ada bahan-bahan tertentu yang tidak bisa dimodifkasi. Hal ini, kata ibu tiga anak ini, menjadi kekhasan kue-kue Jepang yang diproduksinya.

Selain takoyaki, Ritako House juga menyajikan kue khas Jepang lainnya, yakni ramen burger, okonomiyaki yang mirip ramen burger, taiyaki yang dicetak dengan bentuk ikan. Semua jenis kue tersebut dimasak dengan cara dipanggang.

Kandungan kue-kue Jepang ala Ritako House adalah paduan sea food seperti daging kepiting, gurita, daging cincang atau beef dan keju. Penyajiannya dilengkapi dengan lalap selada, kacang merah dan saus mayonaise dan sambal.

Selain di Cihampelas Walk, Ritako House biasa membuka gerai tiap Sabtu dan Minggu di acara Bandung Culinary Night di kawasan Asia Afrika, Bandung. Tami menuturkan, gerainya juga pernah masuk di berbagai mal di Kota Bandung. "Kita juga biasa ikut bazar di Jakarta, Karawang, Depok," terang pengusaha yang memiliki lima karyawan ini.

Namun mengenai omzet, ia enggan merinci. "Yang jelas dengan bisa membuka gerai di mal dari 2007 sampai sekarang masih bertahan dengan lima karyawan, omzetnya masih stabil," katanya.

Suami Tami, Timor, menambahkan omzet mengikuti bazar bisa mencapai lima kali lipat dibandingkan dengan di gerai biasa. Ia menuturkan, bisnis kue khas Jepang dirasa ramai-ramainya antara 2009-2012 di mana waktu itu belum banyak pesaing.

"Sekarang kan sudah banyak mal, banyak juga yang bisnis konsep sama. Malah ada yang mengaku cabang Ritako House padahal kita tidak buka cabang," kata pria jangkung ini seraya tertawa.

Meski mulai banyak saingan, pasangan suami istri ini yakin memiliki daya saing. "Kita punya resep rahasia dan inovasi," terang Tami menimpali seraya menegaskan ke depan berencana membuka bisnis francise Ritako House.

Kredit

Bagikan