Homeless World Cup jadi harapan bagi kaum termarjinalkan

user
Farah Fuadona 16 Juli 2016, 21:22 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Komunitas Rumah Cemara sejak 2011 membentuk tim yang mewakili Indonesia di ajang Homeless World Cup, yakni sebuah turnamen sepak bola jenis street soccer yang khusus diikuti tunawisma, pecandu, Orang hidup dengan HIV/Aids (Odha), dan kaum termarjinalkan lainnya.

Ajang yang hanya bisa diikuti sekali seumur hidup ini diharapkan memberikan perubahan postitif bagi pesertanya. Homeless World Cup sendiri merupakan kompetisi street-soccer internasional tahunan yang mempersatukan lebih dari 300 ribu orang yang termarjinalkan secara sosial agar mereka mendapatkan kesempatan mewakili negara serta mengubah kehidupannya.

HWC didukung oleh UEFA, dan klub-klub besar dunia seperti Manchester United, Real Madrid, Ambassador Eric Cantona dan pesepakbola internasional seperti Didier Drogba dan Rio Ferdinand.

Pendiri Rumah Cemara, Ginan Koesmayadi, mengatakan melalui HWC pihaknya bukan semata-mata mengejar prestasi formal sebagaimana tujuan pengelolaan olahraga di Indonesia.

Menurutnya, pengelolaan olahraga yang hanya mengejar prestasi formal, misalnya menjadi juara, sebagai pengelolaan yang keliru. Sebab olahraga adalah budaya dan pembelajaran. Pembangunan budaya dan pembelajaran inilah yang akhirnya melahirkan prestasi, bukan sebaliknya.

Sehingga setiap orang berhak mengikuti olahraga dan mendapatkan kesempatan yang sama. Maka dari itu, dalam tim Indonesia untuk HWC 2016 kali ini, Rumah Cemara sebagai national organizer HWC merekrut Eman Sulaeman ke dalam tim.

Eman merupakan difabel pertama yang mengikuti turnamen dunia ini. “Kita ingin pengelolaan olahraga yang sejajar, bagi negara bisa menciptakan olahraga yang berkeadilan sosial. Semua orang memiliki kesempatan yang sama,” kata Ginan saat berbincang di Bandung baru-baru ini.

Kehadiran Eman, sambung Ginan, menjadi pembeda bagi tim Indonesia di HWC. Selain itu, Rumah Cemara selama ini mengkampanyekan Indonesia bebas stigma dan diskriminasi. Kehadiran Eman membuat kampanye tersebut makin faktual.

Hingga saat ini, Rumah Cemara sudah memberangkatkan puluhan orang Indonesia untuk mengikuti HWC, mulai HWC 2011 Prancis, HWC 2012 Mexico, HWC 2013 Polandia, HWC 2014 Chile, HWC 2015 Amsterdam, dan HWC 2016 Skotlandia.

Dari pengalaman itu, sejumlah prestasi berhasil diraih antara lain Peringkat 4 Dunia dan Best Coach Award UEFA (2012), Peringkat 8 Dunia (2013), Peringkat 2 Ejercito De Chile Cup 10 Dunia dan Best Male Player L. Swananda Pradika (2014), Peringkat 1 Amsterdam Cup 17 Dunia (2015).

Namun sekali lagi prestasi bukan tujuan, tujuan utamanya justru terjadinya perubahan sosial kepada setiap pemain yang dikirim setelah mengikuti kompetisi tersebut, perubahan sosial melalui sepakbola.

Ginan menyebutkan, perubahan yang terjadi pada mantan pemain HWC ada yang signifikan maupun biasa-biasa saja. Bahkan ada dua mantan pemain HWC yang kembali ke “kegelapan” hingga meninggal dunia. “Memang tidak semuanya sukses. Ada yang kasuistik. Yang gagal karena ada yang balik lagi (nge-drug),” katanya.

Tetapi banyak mantan pemain HWC yang tidak kembali ke “kegelapan,” bahkan beberapa di antaranya ada yang mencorong. Ginan sendiri adalah eks timnas Indonesia pada HWC 2011 di Paris, Prancis. Waktu itu ia dan timnya berhasil menjadikan timnas Indonesia menempati peringkat 6 dunia, meraih trofi  Best New Comer Team dan Best Player.

Pemain lainnya adalah Andri Kustiawan dan Sandy Gempur (ex pemain 2011) yang kini bermain di klub futsal profesional Indonesia dan membela Tim Nasional Futsal Indonesia, Bogiem Sofyan (ex pemain 2011) yang sejak 2013 menjadi asisten pelatih fisik dan tahun 2015 menjadi Pelatih Kepala Timnas Indonesia 2015, Bonsu Hasibuan (ex pemain 2012) saat ini menjadi pelatih kepala dan bersertifikat AFC utk klub futsal profesional Vamos FC.

Arief Supriadi (ex pemain 2012) saat ini sudah lepas dari kecanduan methadone dan memiliki kehidupan baru sebagai wiraswasta di Kalimantan, Yudhi Ramanda (ex pemain 2014) saat ini juga mulai aktif kembali bermain sepakbola dan bekerja sebagai salah satu staff LSM di Medan dan beberapa capaian lainnya.

“Ada juga yang perubahannya tidak progresif, tapi minimal ada peningkatan kualitas hidupnya. Ada yang jadi PNS hingga menjadi Gojek,” katanya.

Dari tahun ke tahun Rumah Cemara juga terus melakukan evaluasi dan pendekatan, minimal agar mantan pemain HWC bisa menanamkan nilai-nilai yang tumbuh dalam tim untuk diterapkan dalam kehidupan di luar tim.

Kredit

Bagikan