Berkaca dari Musa Izzanardi, anak sekolah di rumah juga berprestasi

user
Mohammad Taufik 01 Juni 2016, 10:17 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Sebagian orang mungkin menilai pendidikan dasar di sekolah formal di negeri ini kurang ideal. Contohnya Sekolah Dasar (SD) yang cenderung membebani anak dengan setumpuk pelajaran tanpa memerhatikan kemampuan anak.

Dengan kondisi itu, sekolah di rumah (homeschooling) bisa menjadi pilihan. Hal ini dilakukan orang tua Musa Izzanardi, Mursid Wijanarko (45) dan Yanti Herawati (45). Musa Izzanardi adalah peserta SBMPTN yang usianya baru 13 tahun.

"Homseschooling bagi kami menjadi pilihan yang optimal. Homseschooling sendiri ada beberapa cara, mendatangkan pengajar atau tutor ke rumah atau diajar sama orang tuanya," kata Mursid yang mengantar anaknya tes SBMPTN di Bandung, Selasa (31/5).

Musa Izzanardi dinilai tidak cocok jika sekolah di sekolah formal. Sejak kecil ia memiliki kelemahan fisik. Menurut psikolog, Musa lebih baik sekolah di rumah.

Yanti Herawati, ibunda Musa, juga mencari informasi di internet terkait kondisi anaknya. Ia menyimpulkan, anaknya memiliki kelebihan di bidang ilmu pengetahuan, daya serapnya tinggi, keingintahuannya juga tinggi.

Namun di sisi lain fungsi motoriknya kurang maksimal meski anaknya sangat aktif. "Waktu kecil ia bahkan tidak bisa menggerakkan tangannya untuk menulis," katanya.

Berbekal pengetahuan itu pula Mursid dan Tanti memutuskan mengajar Musa di rumah. Sejak SD sampai SMA,Musa berlajar di rumah. Uniknya, pelajaran yang diberikan kepada Musa tidak banyak-banyak. Di usia SD dia hanya diberi pelajaran matematika.

Yanti yang paling intensif memberikan pelajaran kepada anak keduanya itu beralasan, Musa sangat menyukai matematika.

"Ceritanya waktu kecil ia banyak bertanya, ia juga mulai belajar menghitung bintang. Saya menjawab bahwa semua itu bisa dipecahkan dengan matematika. Dari situlah ia mulai menyukai matematika," kenang Yanti.

Musa sendiri mantap memilih matematika di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Institut Teknologi Bandung (ITB) atau ilmu matematika atau fisika Universitas Indonesia (UI) dalam SBMPTN 2016. "Saya optimis lulus," ujar Musa.

Namun jika tidak lulus, ia tidak akan menganggap beban. Baginya bisa bersaing dengan kakak-kakak kelasnya di tes SBMPTN sudah menjadi satu kebanggaan.

Kredit

Bagikan