Berkaca dari Musa Izzanardi, anak sekolah di rumah juga berprestasi


Musa Izzanardi
Bandung.merdeka.com - Sebagian orang mungkin menilai pendidikan dasar di sekolah formal di negeri ini kurang ideal. Contohnya Sekolah Dasar (SD) yang cenderung membebani anak dengan setumpuk pelajaran tanpa memerhatikan kemampuan anak.
Dengan kondisi itu, sekolah di rumah (homeschooling) bisa menjadi pilihan. Hal ini dilakukan orang tua Musa Izzanardi, Mursid Wijanarko (45) dan Yanti Herawati (45). Musa Izzanardi adalah peserta SBMPTN yang usianya baru 13 tahun.
"Homseschooling bagi kami menjadi pilihan yang optimal. Homseschooling sendiri ada beberapa cara, mendatangkan pengajar atau tutor ke rumah atau diajar sama orang tuanya," kata Mursid yang mengantar anaknya tes SBMPTN di Bandung, Selasa (31/5).
Musa Izzanardi dinilai tidak cocok jika sekolah di sekolah formal. Sejak kecil ia memiliki kelemahan fisik. Menurut psikolog, Musa lebih baik sekolah di rumah.
Yanti Herawati, ibunda Musa, juga mencari informasi di internet terkait kondisi anaknya. Ia menyimpulkan, anaknya memiliki kelebihan di bidang ilmu pengetahuan, daya serapnya tinggi, keingintahuannya juga tinggi.
Namun di sisi lain fungsi motoriknya kurang maksimal meski anaknya sangat aktif. "Waktu kecil ia bahkan tidak bisa menggerakkan tangannya untuk menulis," katanya.
Berbekal pengetahuan itu pula Mursid dan Tanti memutuskan mengajar Musa di rumah. Sejak SD sampai SMA,Musa berlajar di rumah. Uniknya, pelajaran yang diberikan kepada Musa tidak banyak-banyak. Di usia SD dia hanya diberi pelajaran matematika.
Yanti yang paling intensif memberikan pelajaran kepada anak keduanya itu beralasan, Musa sangat menyukai matematika.
"Ceritanya waktu kecil ia banyak bertanya, ia juga mulai belajar menghitung bintang. Saya menjawab bahwa semua itu bisa dipecahkan dengan matematika. Dari situlah ia mulai menyukai matematika," kenang Yanti.
Musa sendiri mantap memilih matematika di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Institut Teknologi Bandung (ITB) atau ilmu matematika atau fisika Universitas Indonesia (UI) dalam SBMPTN 2016. "Saya optimis lulus," ujar Musa.
Namun jika tidak lulus, ia tidak akan menganggap beban. Baginya bisa bersaing dengan kakak-kakak kelasnya di tes SBMPTN sudah menjadi satu kebanggaan.
BERITA TERKAIT
Pengakuan Bharada E di Balik Perintah Tembak dari Atasan
Pengakuan Bharada E di Balik Perintah Tembak dari Atasan
5 Poin Rekomendasi Kebijakan Siap Diusulkan T20 dalam Forum G20
Alami Pengapuran Sendi Lutut? Coba Minum Susu Nutrisi
Perawatan Kulit Kian Diminati, BeautieSS Resmikan Satu Klinik Baru
Aswita Dewi Ingin Batik jadi Pakaian Kekinian
Amazit T-Rex 2 Jadi Jam Tangan Pintar Bagi Para Petualang
Aplikasi Jantungku Jadi Solusi Layanan Kesehatan Jantung, Ini 6 Fitur Unggulannya
Jejak Kopda Muslimin Sebelum Ditemukan Tewas di Rumah Orang Tua
Gleaneagles Hospital Punya Inovasi Teknologi Baru Bernama Gamma Knife
Kerry Indonesia Kembali Meraih Penghargaan HR Asia Awards 2022
Gandeng Aurel Hermansyah, CKL.LOOKS Akan Rilis Produk Eksklusif
Dukungan Orangtua Dalam Tumbuh Kembang Anak di Masa Transisi Pasca Pandemi
Tidak Pelit Ilmu, Hendra Hidayat Dikenal Sebagai Pionir Implan Gigi di Indonesia
Linde Indonesia Akan Pasok Gas Industri dengan Kemurnian Tinggi ke PT Freeport
KORIKA Gelar Webinar Kecerdasan Artifisial (AI) Bidang Kesehatan
Garmin Run Club Menjadi Wadah Bagi Para Pecinta Olahraga Lari
Jam Tangan Pintar yang Bisa Jadi Pilihan Para Pelari Karena Fitur Canggihnya
Alasan Mengapa Reinvestment Keuntungan Sangat Krusial Bagi Bisnis
EdenFarm Berbagi Hewan Kurban dengan Komunitas Tani di Sekitar ECF
Trademark Market Hadir Lagi, Kini Tenantnya Lebih Banyak