JNE Pengantar Kebahagiaan di Era Digital

user
Endang Saputra 26 September 2019, 10:43 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Kemajuan teknologi saat ini membuat aktivitas manusia menjadi lebih mudah. Perkembangan digitalisasi telah menghubungkan antara satu titik dengan titik lainnya. Bukan hanya di kota-kota besar, tapi juga ke desa dan pelosok. Jaringan internet yang semakin baik membuat penggunannya bisa melakukan apapun hanya melalui sentuhan telepon seluler (ponsel).

Dulu, Istiqomah (28) harus berangkat ke pusat kota untuk membeli kebutuhan yang diinginkannya. Tapi di era e-commerce yang kian masif, lewat jarinya yang bermain di atas ponsel, barang yang diinginkannya bisa datang tepat di depan rumahnya.

"Pakeett". Setiap teriakan terdengar dari kurir yang mengantarkan barang pesanan di depan rumahnya, seketika wajah bahagia dengan perasaan tak sabar muncul pada diri Isti. Di era digital seperti sekarang, dia bisa dengan mudah membeli kebutuhannya melalui online. Tak perlu tenaga atau ongkos perjalanan, barang yang dinginkan bisa didapatkan.

Kemudahan Istiqomah mendapatkan barang-barangnya tentu tak lepas dari layanan jasa logistik yang menjadi pendukung. Logistik menjadi pengantar kebahagiaan bagi para penikmat jasanya. Terlebih logistik dengan e-commerce tak bisa dipisahkan. Hal ini pun dirasakan manfaatnya oleh Isti.

"Untungnya sekarang layanan logistik sudah semakin meluas jangkauannya. Termasuk saya yang di desa pun pengirimannya sampai ke rumah dengan cepat. Jadi pesan sekarang, dua paling lama tiga hari sudah ada yang teriak 'pakeett' dari depan rumah," kata Istiqomah yang merupakan warga Desa Cilame Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat ini kepada Merdeka Bandung belum lama ini.

Ia menuturkan sebelum layanan logistik semakin optimal seperti saat ini, bagi dirinya yang tinggal di desa terkadang harus menunggu lama sampai pesannya diterima. Namun, persaingan industri logistik saat ini membuat pelayanan antara satu perusahaan logistik dengan yang lainnya semakin berlomba-lomba memberikan yang terbaik.

Meski demikian, ia mengakui ada saat-saat layanan logistik tidak berjalan lancar. Terutama saat momen-momen membludaknya pengirimaan seperti saat Idul Fitri atau hari raya lainnya. Pada saat seperti itu, ia memilih tidak menggunakan layanan logistik karena tahu resikonya barang yang lama sampai.

"Tapi sekarang jasa logistik ini benar-benar sudah berkembang seiring digitalisasi ya. Kita lebih mudah tracking pesanan kita, ongkos kirim juga makin bersaing," ujarnya.

Pengalaman senada juga disampaikan Mutiara Nuru Syifa, (22). Warga Soreang, Kabupaten Bandung ini merasakan kemudahan dengan kehadiran layanan jasa logistik saat dirinya membeli kebutuhan melalui platform online.

Mutiara sendiri biasa membeli berbagai barang seperti pakaian, skincare hingga make up. Dengan hadirnya jasa layanan logistik ini, meski tempat tinggalnya jauh dari perkotaan, namun tetap dapat dijangkau oleh kurir.

"Iya karena jauh (untuk membeli) barang-barangnya. Dari rumah ke kota kalau engga macet satu jam. Kalau macet bisa satu sampai dua jam. Tapi dengan hadirnya ini (jasa logistik) membantu sekali buat aku karena tidak perlu jauh-jauh ke kota,"ungkapnya.

Mutiara sendiri sudah mulai aktif berbelanja online sejak tahun 2017 lalu. Dia masih ingat saat itu membeli pakaian dari salah satu brand terkenal.

Dalam satu bulan lanjut Mutiara, rata-rata dia bisa berbelanja tiga sampai empat kali. Meski tenpat tinggalnya jauh dari perkotaan, namun barang pesanannya selalu datang tepat waktu.

"Kalau selama ini masih tergolong cepet dan normal. Kalau masih dalam negeri itu paling lama 3 sampai 7 hari. Kalau dari luar negeri bisa 1 bulanan. Tapi kalau deket sih cuman 1 hari barangnya sudah sampai," katanya.

Bantu Sektor UMKM

Kehadiran usaha jasa pengiriman logistik juga sangat dirasakan manfaatnya oleh pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Adang Muhidin, pendiri IBC (Indonesian Bamboo Community) dari Padalarang menciptakan beragam karya dari bahan dasar bambu mulai dari alat musik seperti gitar, biola dan drum. Terbaru, karyanya yakni jam tangan bambu.

Berkat adanya jasa pengiriman logistik, dia mampu mengirimkan barang-barang untuk pembelinya dari luar pulau bahkan hingga ke luar negeri. Untuk dalam negeri, Adang mengaku pernah mengirim barang ke Kalimantan. Sementara untuk luar negeri, dia mengirim barang hingga ke Amerika Serikat.

"Waktu ke Kalimantan Barat saya ngirim pake JNE pesanan alat musik dan jam bambu. Kemudian ke Amerika Serikat itu ngirim biola bambu pesanan warga disana," ungkapnya.

Menurut Adang, di zaman yang serba digital seperti sekarang, aktivitas usaha cukup dilakukan lewat perangkat elektronik. Apalagi berbelanja secara digital sudah menjadi gaya hidup sebagian besar masyarakat di zaman modern. Ditambah dengan hadirnya marketplace menjadi sarana yang efektif dalam mempertemukan 'online seller' dan 'online buyer'.

"Tentunya dengan hadirnya jasa logistik ini semakin memperluas produk pemasaran hingga luar pulau jawa bahkan sampai ke Amerika Serikat. Kalau tidak ada jasa logistik mungkin barang-barang kita tidak kan sampai ke tangan customer di luar negeri," katanya.

Tak hanya sektor UMKM, pelaku usaha sampingan juga turut terbantu dengan adanya jasa pengiriman logistik. Salah satunya dirasakan Jaisy Anwaruddin (27). Karyawan BUMN di Bandung ini merasakan betul manfaat berbisnis di era digital.

Pria yang akrab disapa Jais ini telah memulai memasarkan produk penyimpanan makanan sejak 2 tahun lalu. Memanfaatkan penjualan lewat platform digital membuat dirinya menemukan calon pembelinya.

"Alhamdulillah berkat hadirnya jasa pengiriman, saya bisa menjangkau pembeli hingga ke luar pulau Jawa. Mungkin hampir semua pulau di Indonesia, saya sudah pernah kirim barang. Sampai Papua juga sudah pernah," katanya.

Jais mengungkapkan, dalam satu bulan rata-rata dia bisa mengirim ratusan paket. Omzetnya pun terbilang fantastis untuk skala usaha sampingan.

"Sebulan kira-kira bisa sampai Rp50 juta pendapatan kotornya. Pendapatan bersih sekitar 20-30 persen. Mungkin ini usaha sampingan yang hasilnya lebih besar dari usaha utama," ucapnya sembari tertawa.

PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) merupakan salah satu pelaku usaha yang bergerak dalam layanan jasa pengiriman. Head of Regional JNE Jawa Barat Murah Lestari mengatakan, tren pertumbuhan usaha jasa pengiriman di Jawa Barat khususnya Bandung dalam beberapa tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut berada di angka sekitar 20 hingga 30 persen.

"Dari sisi JNE, peningkatan jumlah kiriman JNE di area Jawa Barat dan Bandung secara konsisten meningkat sekitar 20 hingga 30 persen setiap tahunnya. Peningkatan pun terjadi hingga 40 persen di saat peak season seperti Idul Fitri dan Harbolnas," katanya.

Murah Lestari menyebut, jumlah pengiriman di Jawa Barat mencapai jutaan kiriman setiap bulannya. Apalagi pihaknya berkomitmen untuk memperluas jangkauan hingga ke berbagai daerah pelosok di Jawa Barat

"Di Jawa Barat, JNE memiliki lebih dari 900 titik layanan dan HUB pengiriman untuk mempermudah pengiriman. Terdapat beberapa area terjauh atau terletak di pelosok, seperti Cianjur Selatan di Jampang Kulon, Pangandaran, Pelabuhan Ratu di Sukabumi hingga wilayah Garut Selatan," ungkapnya.

Jawa Barat sendiri lanjut Murah Lestari, masih menjadi salah satu daerah potensial. Sebab pada masa mendatang, di tengah pesatnya perkembangan ekonomi digital, industri logistik juga ikut tumbuh positif, karena pemindahan barang dari produsen ke konsumen akhir membutuhkan logistik yang efisien dan tepat waktu.

Ditambah lagi dengan kelebihan bonus demografi provinsi Jawa Barat yang mencapai lebih dari 48 juta penduduk. Sejauh ini kata dia, tanda-tanda kekuatan ekonomi kreatif Jawa Barat mulai terlihat dan terus berkembang sehingga potensi di bidang logistik juga diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pengiriman di Jawa Barat.

"Infrastruktur yang terus dibangun oleh pemerintah, khususnya di pulau Jawa memberikan nilai tambah para UKM dan pelaku Industri Kreatif di Jawa Barat mengembangkan usahanya hingga luar provinsi dan pulau, bahkan ke luar negeri. Sebagai gambaran potensi yang lainnya, dengan inovasi yang JNE lakukan di Jawa Barat, seperti e-fulfilment logistic untuk pelaku industri kreatif dan yang lainnya, maka dari Bandung saja jumlah pengiriman per hari telah mencapai ratusan ribu paket," katanya.

Murah Lestari mengungkapkan, kontribusi pengiriman di Jawa Barat cukup dominan jika melihat angka secara nasional. Menurutnya JNE di area Jawa Barat memberikan kontribusi hingga puluhan juta kiriman per tahun yang didominasi kiriman fashion.

"Kapasitas pengiriman JNE secara nasional rata-rata mencapai 240 Juta per tahun atau 20 juta kiriman per bulan," katanya.

Kredit

Bagikan