Penyanyi Cantik, Danilla Riyadi Diadili di Pengadilan Musik

user
Endang Saputra 31 Desember 2018, 10:14 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Menutup akhir tahun 2018, acara pengadilan musik kembali digelar. Acara yang telah memasuki edisi ke-28 ini menghadirkan musisi cantik Danilla Riyadi. Pemilik nama lengkap Danilla Jelita Poetri Riyadi ini hadir di acara pengadilan musik untuk mempertanggung jawabkan karya-karya yang sudah dihasilkan.

Sosok perempuan yang gemar mendengarkan musik yang bergenre jazz ini tidak pernah mengenyam pelajaran bermusik secara formal. Namun sejumlah lagu-lagu favorit yang kerap didengarkan semenjak dia kecil hingga beranjak dewasa tanpa ia sadari sudah menjadi guru bemusiknya.

Ketertarikan dan hasratnya pada menyanyi mempertemukan Danilla dengan Lafa Pratomo di awal tahun 2012. Adanya kecocokan musikalitas di antara keduanya membuat Lafa Pratomo menjadi produser dari Danilla. Berdua, mereka membuahkan banyak sekali ide musikal berupa musik dan lirik yang direkam di sebuah studio milik Orion Records Indonesia. Di bawah naungan label Orion Records dan Demajors di awal tahun 2014, Danilla merilis sebuah single yang benajuk 'Buaian'.

Tak lama berselang, dirilis album perdana yang bertajuk telisik pada 3 Maret 2014. Salah satu lagu dalam album ini yang bertajuk 'Reste Avec Moi' adalah gubahan dari ibunda Danilla yang juga merupakan penyanyi jazz dan penulis lagu Indonesia, Ika Ratih Poespa. Suaranya yang halus seperti orang yang sedang berbisik membuat para pendengarya merasakan nyaman dan damai.

"Mama pengen memasukan karyanya ke album ini," ujar Danilla, Sabtu (29/12) malam.

Lirik-lirik lagunya yang puitis namun mudah untuk dicerna, membuat lagu-lagu ciptaannya mudah diingat bagi siapa pun yang mendengarkan.

Pada tahun 2017, Danilla melepas album penuh keduanya berjudul 'Lintasan Waktu'. Di album keduanya, Danilla berperan langsung sebagai produser bersama Lafa Pratomo dan Aldi Nada Permana dari Ruang Waktu Music Lab. Di album kedua ini Danilla menulis hampir seluruh lagunya. Nuansa yang dibangun di album ini berbeda dengan album sebelumnya. Cerita-cerita tentang ketakwaan, kematian, kebimbangan. Makhluk hidup, hingga terbawa ke sebuah pulau yang berisikan suara-suara dari berbagai arah menjadi tema yang ia bawa dalam limasan waktu.

Nuansa musiknya pun dikemas dengan tempo yang terbilang lambat, gelap, serta mengawang. Jelas album lintasan waktu adalah album pendewasaan Danilla dalam bermusik.

Album berisi 10 lagu ini dirilis oleh Ruang Waktu Music Lab, bekerjasama dengan Demajors. Sejumlah musisi seperti Dimas Pradipta Edward Manurung, Christ Stanley, Gallang Perdhana (Sarasvati), Petrus Bayu Prabowo (Mondo Gascaro, The MonOphones) dan Rd. Moch Sigit Agung Pramudita (Tigapagi) turut memberikan kontribusi dalam Lintasan Waklu.

Single kedua dari Lintasan Waktu, 'Dari Sebuah Mimpi Buruk' dipillh oleh Danilla untuk dlgarap dalam format video klip. Danilla sengaja memilih lagu ini karena menurutnya lagu inilah yang mewakili identitas musik Danilla yang telah terbangun sejak album Telisik. Selain itu, lagu ini juga memiliki nilai personal untuk Danilla dan Visualisasinya membuat kita terbawa masuk dalam salah satu mimpi buruk yang pernah dialami. Danilla Selama leblh kurang empat menit kita akan melihat Danilla menari nati dengan bebas membuat video klip 'Dari Sebuah Mumpi Buruk 'jadi materi yang kaya akan makna.

"Gue sengaja ambil lagu ini karena ini salah satu yang paling ceria dibanding lagu Iain. Mimpi adalah hal yang gue suka, mimpi itu datang secara bebas. Dalam video im' gue terjemahkan kebebasan itu dengan tarian. Di video itu, gue seperti sedang bermimpi, terbuai, berekspresi secara bebas," ucap wanita yang lahir 12 Februari 1990 ini.

Gelak tawa dari para penonton menghiasi hampir sepanjang acara. Apalagi dengan hadirnya dua Jaksa Penuntut yaitu Budi Dalton dan Pidi Baiq. Belum lagi dengan barisan pembela yang ditempati oleh Yoga (PHB) dan Ruly Cikapundung, Hakim yaitu Man (Jasad) serta Eddi Brokoli sebagai Panitera.

Danilla mengaku sangat senang dapat menjadi salah satu terdakwa di acara pengadilan musik. Apalagi kata dia sebagai seorang musisi memang perlu pengakuan.

"Saya sangat senang dan sangat terhibur. Awalnya deg-degan karena pertanyaan semuanya bisa saya jawab tapi ternyata memang semuanya seniman jadi kita punya frekuensi yang sama termasuk yang datang. Jadi Saya merasa sangat dihargai justru disini," ucapnya.

Sementara itu Perwakilan DCDC Agus Dhani mengatakan, acara pengadilan musik edisi ke 28 ini merupakan acara terakhir di tahun 2018.

"Memang untuk edisi ke 28 ini solois sebelumnya kan band. Kami tidak melihat itu, semua itu 27 sebelumnya satu frame indie movement,"kata dia.

Agus mengungkapkan di edisi penghujung tahun ini jumlah penonton sangat membludak sampai 600 orang. Dimana pada biasanya jumlah penonton rata rata berada di angka 300-an.

Di tahun 2019, Agus memastikan acara ini akan kembali digelar. Pihaknya berjanji aka menghadirkan musisi-musisi penuh kejutan.

"Saya pastikan DCDC akan terus berjalan. Untuk periode bulanan, alhamdulillah sampai slot bulan huni sudah penuh. Genrenya bisa macam macam tapi kami tidak melihat genre, DCDC punya frame work frekuensi di ibdie movement," katanya.

Kredit

Bagikan