Ciptakan gairan bekerja agar perusahaan semakin berkembang

user
Endang Saputra 03 Juli 2018, 11:24 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Menciptakan gairah dalam bekerja, tentu saja sangat penting dalam sebuah perusahaan. Terlebih perusahaan digital masa kini, gairah bekerja yang tinggi sangatlah dibutuhkan. Tujuannya agar target yang dipasang perusahaan mampu tercapai dengan baik.

Chief Human Capital Officer (CHCO) PT Telkom Indonesia, Herdy Rosadi Harman mengatakan, perusahaan digital saat ini harus mampu memunculkan adrenalin karyawannya dalam mengejar target, sekaligus menciptakan gairah sebagai perusahaan yang menyenangkan saat bekerja.

"Sesuai riset global, perusahaan yang fun akan menaikkan pendapatan hingga 160 persen. Namun budaya perusahaan yang baik harus mampu menciptakan stres pula bagi karyawannya dalam mengejar target," ujar Herdy saat membuka kompetisi ‘Finding Culture Heroes’ di Telkom Jalan Japati, Senin (2/7).

Herdy menjabatkan, adrenalin karyawan diperlukan karena kinerja perorangan tetap harus didorong dengan kuat, sehingga karyawan akan muncul potensi terbaik serta mimpinya dalam mewujudkan perusahaan digital.

Sekalipun demikian, sambung dia, mengejar mimpi jangan pula menciptakan stres berlebihan bagi karyawan. Sebab, kondisi demikian bisa kontraproduktif yakni karyawan sakit dan atau malas bekerja.

"Perusahaan digital telekomunikasi yang maju juga harus terukur dalam segala aspek. Sebab, segala sesuatu yang terukur akan lebih mudah dikelola oleh para pihak. Dua parameter hal tersebut adalah raihan indeks Telkom Entropy (budaya perusahaan) dan Telkom Employee Engagement (tingkat kepercayaan pegawai ke perusahaan) pada tahun 2018 ini," jelasnya.

Untuk Telkom Entropy tercapai angka delapan persen di tahun 2017 dan target enam persen di tahun 2018, padahal standar indeks industri telekomunikasi nasional 13 persen atau makin kecil makin baik. Sementara Employee Engagement mencapai 75,5 persen di tahun 2017 dan tahun 2018 ditarget kan 80 persen atau sudah melewati standar indeks industri telekomunikasi nasional yg rata-rata 60 petsen atau makin tinggi makin baik.

"Dengan ukuran, maka HCM (human capital management) perusahaan bisa mengendus apakah budaya sebuah perusahaan digital sudah sampai ke kustomer belum? Impact-nya bagaimana? Hal ini akan membuat semua elemen berusaha berlomba-lomba merebut hati kustomer," jelasnya.

Menurut Herdy, pemikiran itu pula yang melandasi perusahaan selain membuat kompetisi ‘Finding Culture Heroes’, juga ada perlombaan ‘Indihome Fronliner Competition’ yang diselenggarakan di Telkom Corpu Bandung pada hari sama.

"Semua harus dibangun budaya melayani kustomer sebaik mungkin karena strategi bisnis apapun, jika tak disertai pembangunan budaya dan sumber daya manusia-nya, maka tidak akan berjalan. Transformasi budaya juga harus selaras tujuan bisnis perusahaan yang tercermin dari performansi perusahaan," sambungnya.

Pencapaian tersebut membuat HCM Telkom Indonesia telah menjadi sarana studi banding bagi lebih dari 40 perusahaan sebagai centre of excellence yang konsisten menerapkan budaya perusahaan yakni The Telkom Way. Bahkan, dalam acara tersebut hadir 145 tamu dari 77 perusahaan tanah air yang sedang melakukan tranformasi budaya.

Vp Human Capital Strategic Management Dharma Syahputra mengatakan, kegiatan ‘Finding Telkom Group Heroes’ digelar keempat kalinya yang akan mencari sembilan pemenang terbaik dari 19 unit peserta. Pemenang terbaik adalah most admire culture activation (5 pemenang), cultur heroes (2), cultur agent (1), dan cultur booster (1). Adapun dewan juri adalah Mahi Hedi Safina (Direktur Dunamis HCM), Arif Rahmansah (ACT Consulting), Lusi Lubis (Accenture), dan Hesti setianingrum (Hay Group).

"Peserta berasal dari Telkom Group, induk dan anak perusahaan. Proses pencarian ada tiga tahap yakni on desk assesment, site assesment, dan penjurian babak final. Pemenang akan diumumkan 6 Juli ini dalam Telkom Award 2018," katanya.

Kredit

Bagikan