Bio Farma konsen terapkan standar halal dalam proses produksi

user
Endang Saputra 11 April 2018, 10:25 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Penerapan standar halal di industri farmasi merupakan tantangan, mengingat sekitar 95 persen bahan baku farmasi masih impor. Sehingga, untuk penerapan jaminan produk halal ini, yang cukup kritikal bagi industri farmasi membutuhkan dukungan dari pemasok bahan baku.

Hal itu diungkapkan Direktur Utama Bio Farma, M. Rahman Roestan saat menjadi salah satu pembicara dalam acara International Islamic Healthcare Conference dan Expo (IHEX) di Jakarta Convention Centre, Selasa (10/4).

Dalam paparannya Rahman mengawali dengan peranan Bio Farma, sebagai BUMN di negara Islam dan negara berkembang untuk menjamin kemandirian dan ketersediaan vaksin, serta menyampaikan tantangan implementasi jaminan produk halal untuk Industri Farmasi, terutama produk Biologi.

Rahman menjelaskan secara umum konsep halal farmasi ini tidak lepas dengan konsep cara pembuatan obat yang baik atau Good Manufacturer Practice (GMP), baik aturan di Indonesia melalui Badan POM dan aturan International dari badan kesehatan dunia (WHO).

Bahkan, sebaiknya, pada saat proses awal, R n D sudah didampingi oleh Ulama, perlunya sinergi dan harmonisasi halal di negara Islam untuk vaksin dan obat-obatan.

"Kami beberapa kali mengundang ulama untuk melihat langsung proses produksi, melakukan review produk baru dengan melibatkan ulama," ujar Rahman dari siaran pers yang diterima Merdeka Bandung, Selasa (10/4).

Sementara itu, dalam konferensi tersebut juga beberapa narasumber memaparkan mengenai pengalaman industri halal di sektor healthcare diantaranya narasumber dari Malaysia, China, Turki selain tentunya Indonesia.

Konferensi yang baru pertama ini diadakan oleh Majelis Upaya Kesehatan Islam Seluruh Indonesia (MUKISI) yang beranggotakan Rumah Sakit Islam di Indonesia.

"Apa yang sudah dilakukan Bio Farma sebelumnya, dengan aktif dalam forum internasional Vaccine Manufacturers Group bagi negara Islam, juga Indonesia terpilih sebagai Centre of Excellence Vaksin bagi Negara Islam pada Desember 2017 lalu," katanya.

Kredit

Bagikan