Lewat kejuaraan internasional, Indonesia akan dilatih guru besar karate Jepang
Bandung.merdeka.com - Lewat kejuaraan Karate Shoto Open Toutnament and Seminar 2017, Indonesia sebagai tuan rumah mendapat kesempatan untuk belajar mengenai teknik-teknik dasar karate dari guru besar karate Jepang.
Ketua Umum PB Institut Karate Do Nasional (Inkanas), Badrodin Haiti, mengatakan dengan adanya kejuaraan yang kali ini diikuti oleh 12 negara itu, Indonesia selaku tuan rumah tentu bisa mempelajari banyak hal mengenai karate.
"Tentunya dengan kehadiran guru-guru besar karate asal Jepang, para peserta lomba bisa banyak belajar mengenai teknik ataupun yang lainnya," ujar Badrodin kepada Merdeka Bandung saat ditemui di Sasana Budaya Ganesha, Sabtu (16/12).
Kata dia, kejuaraan Karate aliran Shotokan yang digelar untuk kedua kalinya ini diharapkan menjadi momentum para atlet karate Indonesia dapat meningkatkan prestasinya di kancah Asia.
"Inkanas tahun lalu kita ikut kejuaraan di Hanoi dengan peserta empat negara dan kita juara umum dua. Berarti, ini untuk kedua kalinya dilaksanakan dalam karate aliran shoto. Tentu saja diharapkan Indonesia bisa meraih gelar juara pertama ya sebagai tuan rumah," jelasnya.
Selain itu, lanjutnya, turnamen ini juga semoga bisa menguji kemampuan atlet untuk meraih prestasi ke tingkat yang lebih tinggi, seperti di Asean Games ataupun Olimpiade di Jepang tahun 2020 nanti.
Pelatih Karate asal Jepang, Sensei Masao Kagawa, menilai atlet Indonesia memiliki banyak kekurangan di teknik dasar Karate Shoto. Meski begitu, selama tiga hari pertandingan perkembangan atlet Indonesia cukup pesat.
"Sebenarnya atlet Indonesia itu sudah bagus, hanya saja penguasaan terhadap teknik dasar yang sangat mendasar dari karate itu kurang. Makanya harus dipelajari lagi," ujar Masao menegaskan.
Untuk itu, dalam kegiatan seminar yang diselenggarakan dalam kejuaraan tersebut, ia berkesempatan untuk menjadi pemimpin dalam acara tersebut. Dimana Masao akan berbagi ilmu mengenai teknik dasar karate meliputi kata dan kumite.
Semisal kata, ini merupakan gerakan bela diri yang terkait dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip tradisional. Untuk itu, dalam melakukan kata dibutuhkan teknik dasar yang mumpuni agar membuatnya tak hanya bergerak seperti sebuah pertunjukkan sandiwara saja.
Diikuti oleh ratusan peserta kejuaraan, dengan pasti ia melakukan setiap gerakan. Menggunakan busana karate berwarna putih dan sabuk hitamnya, tentu ini menjadi kesempatan emas bagi para peserta kejuaraan bisa mendapat ilmu dari pelatih asal Jepang.
"Untuk teknik dasar ini, asalkan ada singkronisasi antara tubuh dan pikiran, atlet Indonesia tak akan mengalami kesulitan dalam mempelajari teknik dasar ini. Perihal berapa lama waktu yang dibutuhkan, tentu tergantung masing-masing orang," katanya.
Berbeda dengan atlet karate asal Jepang, lanjut dia, yang sudah menguasai teknik dasar sehingga saat melakukan setiap gerakan dalam olahraga beladiri itu akan sangat terlihat perbedaannya.