Tips menjawab pertanyaan 'ajaib' yang dilontarkan anak
Bandung.merdeka.com - Saat anak-anak bertanya tentang hal apapun, sebagai orangtua Anda tentu tak bisa menepis pertanyaan tersebut. Hal yang bisa Anda lakukan adalah menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan oleh anak. Meskipun tak sedikit pertanyaan "ajaib" yang dilontarkan dan kerap membuat Anda kewalahan untuk memjawab.
Psikolog Anak sekaligus Dosen Psikolog dari Universitas Padjajaran Bandung, Laila Qodariah menjelaskan, sangatlah wajar bila sang buah hati melontarkan pertanyaan yang seringkali dirasa "ajaib" oleh para orangtua. Hal tersebut terjadi karena rasa ingin tahu yang cukup besar dari anak.
Untuk itu, Laila berbagi sedikit tips untuk para orangtua agar tidak kewalahan dalam menjawab sederet pertanyaan "ajaib" dari anak seperti "Kenapa aku bisa ada?", "Kenapa perempuan memiliki buah dada sedangkan laki-laki tidak?" atau bahkan "Mengapa perempuan harus mengalami menstruasi?".
"Satu cara paling ampuh dalam menangani seluruh pertanyaan "ajaib" yang dilontarkan anak dan kerap membuat para orangtua kebingungan menjawabnya adalah dengan memahami bahasa anak," ujar Laila kepada Merdeka Bandung saat ditemui di Gramedia Merdeka, Minggu (5/2).
Laila menjabarkan, memahami bahasa anak artinya menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Semisal anak Anda masih duduk di bangku Sekolah Dasar, gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh sebayanya.
Tak hanya itu, jika sang buah hati tengah gandrung dengan gadget dan aktif di media sosial, manfaatkan media sosial sebagai media komunikasi untuk membuat anak mudah mengerti. Pendekatan yang santai dan cenderung layaknya pertemanan lebih mudah diterima oleh anak-anak.
"Gunakan bahasa yang ringan dan mudah diterima oleh anak-anak. Selanjutnya adalah jangan bersikap tertutup pada anak. Mencobalah bersikap terbuka karena justru orangtua seharusnya menjadi sumber informasi bagi anak. Jangan sampai anak mencari jawaban untuk pertanyaan "ajaib" nya yang justru salah narasumber, itu bisa membahayakan," jelasnya.
Zaman sekarang, lanjutnya, para orangtua juga sebaiknya melek teknologi. Gaptek atau gagap teknologi sering membuat orangtua terjebak akan perilaku anak zaman sekarang yang justru aktif di media sosial. Aktivitas anak di media sosial sebaiknya dipantau, namun tidak banyak membatasi selama masih tergolong wajar.