Tak hanya mahal, batik tulis juga mengangkat gengsi pemakainya

user
Farah Fuadona 30 Desember 2015, 12:45 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Batik sudah makin populer di dunia fashion. Jika dulu batik hanya dipakai kalangan tertentu, kini sejumlah pusat-pusat fashion menyajikan batik sebagai fashion umum.

Sebagai pusat fashion, Bandung memiliki banyak factory outlet yang menawarkan batik sebagai produk unggulan mereka. Pakaian yang ditawarkan pun beragam mulai dari pakaian dewasa hingga anak-anak. Kain batik yang digunakan merupakan batik priangan berasal dari daerah-daerah penghasil batik di Jawa Barat, salah satunya Tasikmalaya.

Para pengusaha batik Priangan tersebut memasok kebutuhan kain batik ke sejumlah perancang hingga pusat fashion di Bandung, salah satunya Pasar Baru. Jenis batik yang dipasok terdiri dari batik cap dan batik tulis. Menurut Febriyanti (19), pengelola Azalea Batik, batik cap paling banyak dipesan konsumen. “Kalau batik tulis hanya kalangan tertentu saja yang pesan,” kata perempuan akrab disapa Febri, kepada Merdeka Bandung.

Febri merupakan mahasiswi Sekolah Tinggi Hukum Galunggung Tasikmalaya. Oleh kakak iparnya, Ai Mimin, pemilik Azalea Batik, ia ditugasi mengikuti berbagai pameran. Menurutnya kain batik cap dan batik tulis memiliki perbedaan mendasar, baik bahan baku maupun proses pembuatannya. Itulah mengapa batik tulis lebih bergengsi dibandingkan batik cap karena memiliki nilai seni tinggi.

Sebagaimana namanya, batik tulis dibuat dengan cara ditulis alias dilukis. Proses pembuatannya sangat manual. Pembatik harus melukis dengan canting batik di atas kain pilihan. Karena dibuat dengan tangan, motif batik tidak serupa sebagaimana batik cap. Namun ketidaksempurnaan motif tersebutlah yang menunjukkan proses tingginya seni batik.


“Proses batik tulis lebih lama. Seorang pengrajin mengerjakan sebuah kain ukuran standar batik 2,30 meter bisa sampai dua minggu,” kata dia.

Tak hanya karena motifnya, kain yang digunakan dalam membatik pun menggunakan kain berkualitas tinggi. Harga per meternya bisa mencapai ratusan ribu rupiah. Batik tulis biasa dipesan untuk kepentingan fashion kelas atas. Banyak pejabat atau artis yang memakai busana dari batik tulis. Bahkan di masa lalu, batik tulis hanya dipakai oleh kaum aristokrat.

“Tapi tergantung selera juga, kalau mau kualitas kain, motif batiknya, orang biasanya pilih batik tulis dari pada batik cap. Kekuatan batik tulis sangat tinggi. Batik tulis ketimbang rusak malah bosan memakainya,” terangnya.

Sedangkan batik cap, lanjut dia, memang paling sering dipesan konsumen. Pemesan biasanya datang dari instansi atau sekolah yang memerlukan seragam batik. Sebagaimana namanya, batik cap dibuat dengan cara dicap lewat alat yang mirip setrikaan. Alat tersebut dicelupkan ke malam, kemudian dicapkan ke kain sehingga motif yang satu sama dengan motif lainnya. “Prosesnya seperti sablon,” katanya.

Harga batik cap lebih murah dari batik tulis, yakni dijual di bawah harga Rp 100 ribu hingga Rp 150 ribu per lembar. Sedangkan batik tulis antara Rp 25o ribu samai Rp 1 juta per lembar.

Kredit

Bagikan