ITB pasang 13 seismometer untuk pemantauan gempa susulan di Lombok
Bandung.merdeka.com - Kelompok Keahlian Geofisika Institut Teknologi Bandung (ITB) membentuk tim untuk melakukan pemasangan seismometer di Lombok, NTB. Pemasangan seismometer tersebut bertujuan untuk memantau gempa susulan setelah gempa yang terjadi di Lombok bagian utara.
Pemasangan seismometer di Lombok dipimpin Prof. Nanang T. Puspito selaku Ketua Kelompok Keahlian (KK) Geofisika Global ITB.
"Sampai dengan kemaren (Selasa), sudah 13 seismometer yang terpasang," ujar Prof. Nanang seperti dikutip laman ITB, Rabu (8/8).
Tim KK Geofisika Global yang dikoordinir Dr. Andri Dian Nugraha (Dosen) ini beranggotakan Dr. Zulfakriza (Dosen) sebagai komandan lapangan serta Yayan M. Husni, MT (Asisten) tiba lebih dulu di Lombok pada 1 Agustus 2018. Sedangkan Dr. Muzli (BMKG) dan Pepen Supendi, MT (Mahasiswa S3 T. Geofisika ITB) tiba di Lombok pada 5 Agustus 2018.
"Tim KK Geofisika Global jadi masih berada di Lombok hingga kejadian Gempa 5 Agustus 2018," kata dia.
Sebagaimana dilaporkan oleh BMKG bahwa Gempa kuat dengan magnitudo 7.0 mengguncang wilayah Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), Minggu (5/8) lalu. Gempa dirasakan sekitar pukul 18:46:35 WIB. Titik gempa berada di 8.37 Lintang Selatan - 116.48 Bujur Timur tepatnya 18 kilometer barat laut Lombok Timur, NTB dengan kedalaman 15 kilometer.
Sebelum pemasangan seismometer, tim melakukan koordinasi dengan aparat pemerintah kecamatan ataupun desa. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan kemudahan perizinan pada saat pemasangan dan jaminan tidak ada gangguan pada saat perekaman. Lokasi pemasangan seismometer ditempatkan di halaman belakang Kantor Desa, Puskesmas, Kantor Kecamata dan Kantor BPBD Lombok Timur.
Untuk statsiun EOS-ITB ada satu lokasi yang ditempatkan 2 sensor, sehingga pada gambar terlihat hanya ada 6 stasiun EOS-ITB (merah).
"Monitoring gempa susulan Gempa Lombok dilakukan selama satu bulan. Harapannya, selama satu bulan, tujuh seismometer yang ditempatkan dapat merekam gempa-gempa susulan dengan baik dan tanpa gangguan," kata dia.
Rekaman gempa susulan termasuk gempa pada 5 Agustus 2018 yang diperkirakan sebagai gempa utama dapat menjadi pemahaman baru terkait sumber dan mekanisme kejadian Gempa Lombok 2018.
Selain melakukan pemasangan seismometer, tim juga melakukan koordinasi dengan BMKG Mataram dan BPBD Lombok Utara dan Pos Pengamatan Gunung Rinjani. Beberapa dosen dari KK Geodesi juga telah berada di Pos Rinjani untuk melakukan mitigasi dan observasi bencana.
Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Alumni, dan Komunikasi Miming Miharja mengatakan bahwa ITB juga membentuk tim Satgas untuk bencana Lombok. Dalam jangka pendek tim satgas ITB ini akan mengirimkan tim untuk melakukan assessment kelayakan bangunan publik, membantu penyediaan fasilitas air minum, serta mempelajari potensi bencana ke depan seperti gempa susulan dan longsoran, serta pengiriman bantuan pokok makanan, obat-obatan, selimut dan lain-lain bekerjasama dengan IA-ITB.
Â
Â
Â
Â