Penyempitan sungai sebabkan flash flood di Pagarsih

Oleh Farah Fuadona pada 16 November 2016, 09:49 WIB

Bandung.merdeka.com - Berbeda dengan banjir yang terjadi di daerah Cieunteung, banjir di Jalan Pagarsih yang menghanyutkan tiga mobil itu terbilang ganas. Banjir tersebut dinamakan flash flood. Banjir ini memiliki energi yang besar meskipun intensitas hujan kala itu cukup singkat.

Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum, Yudha Mediawan mengatakan, flash flood merupakan banjir bandang. Banjir yang seperti terjadi di Pagarsih ini cukup berbahaya karena memiliki energi besar untuk menghanyutkan segala yang menghalanginya.

"Beda ya kalau di Cieunteung itu lama karena aliran airnya tenang. Kalau banjir yang terjadi di Pagarsih itu sama seperti banjir di Garut," ujar Yudha kepada Merdeka Bandung saat ditemui di Grand Royal Panghegar Hotel, Selasa (15/11).

Untuk banjir yang terjadi di Pagarsih dan Pasteur beberapa hari lalu, kata dia, disebabkan karena meluapnya Anak Sungai Citepus (Sungai Cianting, Sungai Cipedes, dan Cilemahnendeut) akibat sedimentasi dan perubahan tata guna lahan di bagian hulu serta penyempitan penampang sungai akibat penyerobotan lahan sungai.

Kemudian karena kondisi dasar sungai yang cukup curan menyebabkan aliran banjir sangat cepat datang dan juga cepat hilang atau disebut flash flood, terakhir karena pola hujan dalam 1,5 jam sebesar 77,5 milimeter yang menyebabkan tidak mencukupinya kapasitas drainase jalan.

"Kapasitas drainase jalan yang sempit sehingga tidak mampu menampung derasnya air yang mengalir karena hujan dan membuat terjadinya pelimpasan ke jalan raya. Itulah yang membuat banjir Pagarsih dan Pasteur begitu tinggi," jelasnya.

Tak hanya Pasteur dan Pagarsih yang banjir, beberapa daerah di Bandung juga belakangan tengah dikepung banjir ketika hujan deras. Jadi artinya Bandung sedang dalam kondisi rentan.

"Hanya dengan hujan 50 milimeter dalam waktu dua jam saja misalnya, itu bisa menyebabkan banjir. Kerentanan ini harus diantisipasi karena lingkungan rusak dibangun jalan, rumah dan tutupan lahan itu harusnya jadi daerah resapan," ujar Yudha.

Tag Terkait