Jabar gencar lakukan gerakan penyelamatan ibu dan bayi baru lahir
Bandung.merdeka.com - Gerakan Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru lahir di Jawa Barat didasarkan kepada fakta bahwa kematian Ibu dan Bayi di Jawa Barat relatif tinggi, tahun 2015Â tercatat Dinas Kesehatan Jawa Barat melaporkan ada sebanyak 823 ibu meninggal karena kehamilan dan persalinan serta sebanyak bayi 4124Â meninggal sebelum mencapai usia satu tahun, 3369 diantaranya meninggal sebelum usia 28 hari.
Situasi ini perlu mendapat perhatian kita semua, oleh karena itu Gubernur Jawa Barat menerbitkan Surat Edaran Gubernur No 463/37/Yansos/2015 yang menghimbau pemerintah di Kabupaten/Kota di seluruh Jawa Barat. Untuk meningkatkan upaya penyelamatan Ibu dan BBL sebagai bagian dari upaya meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia di Jawa Barat.
Gerakan ini diinisiasi melalui Program Exapanding Maternal Neonatal survival (Program EMAS) melalui dana hibah dari United States Agency for International Development (USAID) bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) untuk melakukan upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi (AKI/AKB) di Indonesia selama 5 tahun (2012-2016).
Program Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) memberi bantuan teknis di 24 Rumah Sakit dan 62 Puskesmas PONED di lima Kabupaten percontohan bagi Gerakan Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir, yaitu Kabupaten Bandung, Cirebon, Bogor, Karawang dan Indramayu. Telah banyak kemajuan dari hasil pendampingan selama 5 tahun tersebut.
Peningkatan mutu pelayanan merupakan standar utama ProgramEMAS. Lima Kabupaten dampingan Program EMAS berhasil meningkatkan kualitas rujukan menjadi 93 persen dari 30 persen di tahun 2012. Kinerja klinis di Rumah Sakit meningkat menjadi 76 persen dari sebelumnya 27 persen, Kinerja klinis di Puskesmas mencapai 86 persen dari 16 persen di tahun pertama pendampingan.
Sejak pendampingan program EMAS di Jawa Barat di tahun 2012, telah tercatat 119.305 persalinan dilakukan di fasilitas kesehatan dampingan Program EMAS. Besarnya jumlah persalinan di fasilitas kesehatan ini merupakan upaya penting agar tidak terjadi kematian akibat penanganan yang tidak sesuai standar. Â
Selain di bidang klinis, EMAS juga menyasar perbaikan kualitas rujukan melalui penggunaan Sistem Informasi Rujukan Kegawatdaruratan EMAS (SijariEMAS). SijariEMAS berkontribusi untuk memudahkan komunikasi antar fasilitas kesehatan di Kabupaten-kabupaten tersebut. Sistem ini diluncurkan pertama kali di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cirebon di tahun 2012, kemudian menyusul di aplikasikan di Bogor, Karawang dan Indramayu.
Dari hasil rekaman data pada sistem siJariEMAS, tercatat sebanyak 6.625 petugas kesehatan yang telah berjejaring dengan Sijari EMAS dan sebanyak 74.905 pasien gawat darurat ibu dan bayi baru lahir telah dirujuk dengan penggunaan Call Center Sijari EMAS.
Berbagai perubahan yang terjadi di fasilitas kesehatan di lima Kabupaten dampingan program EMAS selama lima tahun ini, diantaranya: Jika sebelum didampingi EMAS, fasilitas kesehatan sangat jarang memberikan MgSO4 bagi pasien pre-eklampsia berat (PEB), 96 persen dari 1560 pasien diberi MgSO4 di Puskesmas sebelum dirujuk, dan 92 persen dari 5955 kasus PEB/eclampsia mendapatkan pemberian MgSO4 di Rumah Sakit.
Ratio kematian ibu di fasilitas kesehatan dampingan EMAS di lima Kabupaten EMAS di 2 tahun terakhir pendampingan (2014) mengalami penurunan, dari 57 persen di tahun 2014 menjadi 50 persen di 2016. Sedangkan AKBBL menurun dari 16 per seribu kelahiran hidup di 2014, setahun kemudian menjadi 15.8.
Selain dukungan penuh dari instansi terkait, keberadaan Forum Masyarakat Peduli Kesehatan Ibu, Anak dan Bayi Baru Lahir (FM-KIBBLA) di tingkat kecamatan dan Motivator Kesehatan Ibu dan Anak (MKIA) di desa, turut berperan besar dalam capaian ini. 9.268 ibu hamil resiko tinggi telah didampingi 485 MKIA yang berada di lima Kabupaten dampingan program EMAS.
Sebanyak 107 organisasi kemasyarakatan tergabung dalam Forum Masyarakat Madani (FMM) di lima kabupaten dampingan Program EMAS. Untuk mendukung keberhasilan Gerakan Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir di Provinsi Jawa Barat, telah terdapat 99 Mentor Klinis dan 84 Mentor Rujukan dari Puskesmas, Rumah Sakit dan FMM di daerah dampingan EMAS. Para mentor ini bertugas untuk membantu Puskesmas dan Rumah Sakit lainnya di 22 Kabupaten/Kota di provinsi Jawa Barat. Agar mampu meningkatkan standar layanan klinis dan rujukan, demi penurunan AKI dan AKB di Provinsi Jawa Barat.
Melalui Gerakan Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir dan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat, Kita Bangun Generasi Jawa Barat Yang Sehat dan Kuat yang dilaksanakan bersamaan dengan peringatan Hari Kesehatan Nasional, menjadi menjadi bukti kepedulian Gubernur Jawa Barat, jajaran pemerintah daerah dan masyarakat Jawa Barat, untuk membangun sumber daya manusia Jawa Barat yang âCageur, Bageur, Bener, Pinter tur Singerâ.