Inspiratif, dengan ketekunan akhirnya Ayu bisa membatik dengan kaki

Oleh Mohammad Taufik pada 05 Oktober 2017, 14:31 WIB

Bandung.merdeka.com - Berbekal ketekunan, Ayu Trihandayani kini berhasil mengukuhkan diri menjadi seorang perajin batik tulis. Menggunakan kaki kanannya, setiap ukiran di atas kain yang telah digambar polanya ia bentuk dengan begitu telaten.

Tidak memiliki organ tubuh lengkap karena tak memiliki kedua tangan, tentu bukan berarti Ayu harus berputus asa. Wanita asal Solo itu justru menuangkan kesukaannya terhadap batik dengan terus giat belajar untuk mempelajari cara membatik menggunakan kaki.

Awalnya, wanita berusia 26 tahun itu merasa kesulitan. Namun dengan semangat yang dimiliki, selama satu tahun ia tekun mempelajari cara membatik.

"Awalnya enggak kepikiran untuk membatik, tapi pas saya pelajari dan ada kemungkinan bisa, saya terus saja pelajari dan ternyata memang benar bisa membatik menggunakan kaki saya," ujar Ayu kepada Merdeka Bandung saat ditemui dalam acara Taman Sari Batik Festival 2017, Rabu (4/10).

Untuk menyelesaikan sehelai kain berukuran dua meter, Ayu membutuhkan waktu tiga bulan. Waktu yang panjang untuk menyelesaikan itu tentu saja menjadi kebanggaan baginya kala ia berhasil menjual hasil karyanya.

Membatik menggunakan kaki tentu saja bukan hal mudah bagi Ayu. Tak jarang kecelakaan kecil menimpanya kala menjalani proses membatik menggunakan malam yang dipanaskan dan canting.

"Kaki sering ke celup kena malamnya, itu kecelakaan kecil yang suka terjadi. Sekarang sudah biasa ya karena memang itu resiko," katanya.

Meskipun ada faktor resiko yang harus dihadapi, Ayu tak patah semangat. Membatik yang telah dilakukannya sejak lulus Sekolah Menengah Pertama itu akan terus dilakukan.

Soalnya, kebanggaan bisa dirasakan olehnya kala ada yang mengapresiasi karyanya dengan membelinya. Ia kini menerima pesanan untuk membuatkan batik. Dengan motif khas Solo yang dikuasainya, Ayu berharap bisa selalu memuaskan pelanggan dengan hasil karyanya.

Bagi Ayu, memiliki kekurangan secara fisik bukanlah hambatan. Justru, mereka yang memiliki kondisi sama dengannya harus mampu mengeksplor organ tubuh lainnya agar bisa menghasilkan karya terbaik dan bukan hanya diam serta berpangku pada nasib.

Tag Terkait