Menelusuri sejarah Lembang bersama Komunitas Lembang Heritage

Oleh Farah Fuadona pada 06 Mei 2016, 11:41 WIB

Bandung.merdeka.com - Lembang tidak hanya kaya akan tempat wisata. Wilayah yang berada di Kecamatan di Bandung utara ini juga memiliki kekayaan sejarah. Sejarah Lembang bersinggungan dengan ilmu pengetahuan hingga Kolonialisme Belanda.
 
Banyaknya peninggalan sejarah di Lembang mendorong dibentuknya Komunitas Lembang Heritage. Komunitas ini berusaha menemukan kembali kepingan-kepingan sejarah Lembang yang tercecer.
 
Lembang Heritage digagas Malia Nur Alifa, Indra KH, dan Mochamad Sopian Ansori pada 15 Juni 2014. Awalnya komunitas ini bernama Balad Junghuhn, nama ini mengacu pada ilmuwan Franz Wilhelm Junghuhn (1809 – 1864) yang dimakamkan di Taman Junghuhn, Jayagiri, Lembang.  
 
Junghuhn adalah orang pertama yang menanam pohon kina di Indonesia. Lewat jasanya itu penyakit malaria yang dulu mewabah berhasil dikurangi secara drastis. Selain itu lelaki kelahiran Mansfeld, Jerman, ini juga berhasil memetakan seluruh gunung di Pulau Jawa. Karyanya dibukukan lewat Kaart van Het Einland Java yang isinya lebih lengkap daripada Map of Java lewat History of Java (1817) karya Thomas Stamford Raffles.
 
Namun nama komunitas Balad Junghuhn kemudian berubah menjadi Lembang Heritage. “Agar lebih kental membawa nama Lembang dalam komunitas,” kata salah satu penggagas Lembang Heritage, Indra KH, kepada Merdeka Bandung.  
 
Menurut Indra KH yang didapuk sebagai Ketua Lembang Heritage, berdirinya Lembang Heritage berawal dengan saling tukar menukar informasi tentang Lembang di media sosial. Beberapa penggagas yang merupakan warga Lembang kemudian berinisiatif membentuk komunitas yang khusus menelusuri sejarah Lembang.
 
“Pembentukan Lembang Heritage juga didorong minimnya informasi tentang sejarah Lembang,” katanya.

 
Selanjutnya Lembang Heritage menjadi wahana bertukar informasi dan literatur tentang Lembang di antara anggota komunitas khususnya dan masyarakat umumnya.
 
Cara kerja Lembang Heritage dalam menelusuri sejarah Lembang terbilang unik. Pertama-tama komunitas mengumpulkan berita atau foto tentang Lembang masa lalu, baik tokoh maupun tempat. Sumbernya dari internet, buku, koran lawas, atau informasi dari masyarakat.
 
Setelah mendapat informasi awal tersebut, para pegiat kemudian mendatangi tempat atau tokoh untuk melakukan verifikasi. Tujuannya untuk memastikan apakah lokasi atau tokoh tersebut masih ada, melihat kondisinya, dan seterusnya.
 
“Jika tokoh yang disebutkan sudah meninggal dunia. Para penggiat komunitas akan mencoba mencari makamnya dan menggali kisah dari keluarganya,” tuturnya.
 
Beberapa tempat yang sudah ditelusuri Lembang Heritage antara lain Pendopo Lembang, Alun-alun Lembang. Di sini Lembang Heritage menelusuri peninggalan Lembangsche Melkerij Ursone, yaitu peternakan legendaris di zaman Belanda.
 
Objek lainnya eks Rumah Sakit Malaria di Jayagiri, Taman Junghuhn dan usaha selai strawberry Monteiro, Balitsa, eks Hotel Tangkoebang Prahoe, Grand Hotel Lembang, dan lain-lain.
 
Saat ini anggota aktif Lembang Heritage sekitar 20 orang sedangkan jumlah anggota di Facebook sebanyak 160 orang dan di Twitter 179 follower. Anggota komunitas berasal dari berbagai kalangan mulai pegawai swasta, PNS, ibu rumah tangga, mahasiswa, guru, pelajar, wartawan, pedagang, seniman, dan penggiat literasi.

Tag Terkait