Komunitas LayarKita, tempat berkumpulnya moviegoers di Bandung

Oleh Farah Fuadona pada 03 Desember 2015, 13:09 WIB

Bandung.merdeka.com - Bagi Anda para pecinta film sejati, komunitas ini rasanya sangat cocok dengan Anda yang hobi menonton film. Setiap pekan komunitas ini menyelenggarakan kegiatan nonton film gratis. Tak hanya berakhir di situ, setelah acara nonton film selesai para anggota akan berdiskusi mengenai film yang ditonton tersebut.

Adalah Komunitas LayarKita, sebuah komunitas yang menjadi sebuah wadah bagi para penikmat film di Bandung. Komunitas ini berdiri pada 1 Januari 2011 yang berawal dari kegemaran untuk menonton film dan mendiskusikannya.

"Sebelum berdiri nama LayarKita kita sudah berkegiatan di Museum KAA dari April 2009. Baru pada 1 Januari 2011 berdiri nama LayarKita. Dari situ kami mulai publikasi kegiatan kami media sosial dan mulai ada orang tertarik kemudian datang ikut bergabung," ujar Ketua Komunitas LayarKita Tobing Jr saat berbincang dengan Merdeka.com, Rabu (11/11).

Setiap pekan, komunitas ini menggelar kegiatan nonton film. Ada dua lokasi yang dijadikan tempat untuk menonton film yakni di Gedung Institut Francais D'Indonesie (IFI) Bandung di Jalan Purnawarman yang digelar setiap Senin sore dan Museum KAA setiap Selasa pukul 13.00 WIB.

"Kegiatan kami cuma nonton film saja dan mendiskusikan. Kita komunitas yang bergerak di bidang apresiasi. Jadi kami menonton, berdiskusi dan mengapresiasikan," kata Tobing.

Film yang diputar sendiri berasal dari berbagai genre film. Tak hanya film-film luar negeri, film Indonesia pun juga turut diputar. Sebagai catatan, film-film yang diputar di sini bukanlah film film mainstream yang diputar di bioskop.

"Ya kalau mau nonton film bioskop ya di bioskop saja, karena kami tidak boleh memutar film yang masih diputar di bioskop. Untuk jenis filmnya, filmya apapun, minimal filmnya bisa didiskusikan. Biasanya kita memutar film yang jadul-jadul, film yang di masa lalu sangat dikenal. Bahkan sampai sekarang masih dianggap sebagai film hebat. Biasanya film-film yang berada di awal awal abad tahun 30 sampai 50an. Film Indonesia juga kita putar seperti Naga Bonar tahun 80an kemudian Jembatan Merah tahun 70an juga kita putar. Jadi campur campur," paparnya.

Komunitas ini juga mengisi program di sejumlah radio di Bandung. Secara teknis hampir sama, mereka membahas film-film kemudian didiskusikan bersama pendengar.

"Kami membahas film, ada tanya jawabnya. Misalnya alur ceritanya gimana, momen-momen pentingnya gimana, pemainnya siapa, sutradaranya siapa," ucap Tobing.

Jumlah anggota Komunitas LayarKita di facebook saat ini ada lebih dari 800 member. Untuk sekali acara nonton, ada sekitar 20 sampai 30 orang yang datang. Mereka datang dari berbagai kalangan, mulai dari pelajar, mahasiswa, hingga kalangan umum.

Jika Anda ingin bergabung dengan komunitas ini silakan datang langsung ke Gedung Institut Francais D'Indonesie (IFI) Bandung di Jalan Purnawarman setiap Senin sore dan Museum KAA setiap Selasa pukul 13.00 WIB. Kegiatan ini terbuka untuk umum dan tidak berbayar alias gratis.

Jika Anda masih penasaran dengan komunitas ini pantau saja kegiatan mereka di media sosial. Mereka sering memposting kegiatan mereka di media sosial. Untuk facebook yakni LayarKita dan twitter @LayarKita

" Siapapun yang ingin bergabung langsung datang aja saat ngumpul. Semua kegiatan LayarKita gratis dan terbuka untuk umum,"ungkap Tobing.

Â