Mengenang kisah cinta Sukarno dan Inggit Garnasih

Oleh Mohammad Taufik pada 01 Oktober 2016, 11:07 WIB

Bandung.merdeka.com - Bicara tentang Sukarno tak lepas dari peran istri pertamanya, Inggit Garnasih. Perempuan asal Bandung itu mendukung Sukarno di masa perjuangan sampai menuju gerbang kemerdekaan.

"Betul Bung Karno dilahirkan ibunya dan dididik ayahnya, tapi dalam pelukan kasih sayang Inggit Garnasih beliau menjadi sosok pemimpin," kata cucu Inggit Garnasih, Tito Zaini Asmarahadi, dalam diskusi Tribute to Sukarno di rumah Inggit Garnasih, Jalan Ciateul, Bandung, Jumat (30/9).

"Bicara Bung Karno dan Inggit Garnasih seperti bicara sekeping mata uang yang tak bisa dipisahkan," kata anak Ratna Juami itu. Ratna Juami adalah anak angkat Bung Karno dan Inggit Garnasih.

Neneknya, kata Tito, adalah istri yang memiliki sifat keibuan yang mencintai suaminya sepenuh hati. Selain itu, neneknya juga kawan seperjuangan Sukarno muda.

"Mereka berdua mendaki gunung cita-cita, di balik gunung itu ada cahaya kemerdekaan. Mereka jatuh, bangun, bangkit lagi bukan hanya karena cinta sepasang suami istri, tetapi cinta pada rakyat dan bangsa ini. Cinta itu yang membuat mereka tangguh," ucap Tito.

Bersama Inggit dan anak mereka, Ratna Juami, Sukarno dibuang ke Ende, Nusa Tenggara Timur. Namun akhirnya Inggit hanya mampu mengantarkan Sukarno ke gerbang kemerdekaan.

"Akibat masalah rumah tangga mereka berpisah. Tapi tak perlu dipersalahkan, itu sudah kehendak Tuhan. Tuhan telah menulis sekenario yang tidak bisa diubah," katanya, mengacu pada perceraian Sukarno dan Inggit Garnasih.

Menurutnya, ada hikmah di balik perceraian itu. Mereka tetap saling mencintai dan mengunjungi. Walau tak lagi terikat sebagai suami-istri, mereka bertemu sebagai kawan seperjuangan. "Tahun 1961 Bung Karno menjenguk Inggit Garnasih di rumah ini," tuturnya.

Dalam kunjungan itu, sambung dia, Inggit mengusap-usap baju yang dipakai Sukarno. Inggit berpesan bahwa baju tersebut pemberian dari rakyat Indonesia. Bung Karno diminta menjaga pemberian dari rakyatnya sekaligus tidak melupakan rakyatnya.

Menurut dia, Bung Karno adalah arsitek Republik Indonesia. Ia berharap generasi penerus mampu meneruskan gagasan dan pemikirannya.

"Mudah-mudahan kita meneruskan api nasionalisme yang dinyalakan di Bandung ini," katanya.

Tag Terkait