Hadirilah bedah buku 'Politik Petani Tembakau'

Oleh Mohammad Taufik pada 18 September 2016, 17:22 WIB

Bandung.merdeka.com - Banyak cara mengungkapkan protes terhadap pemerintah. Misalnya petani tembakau di Temanggung, Jawa Tengah, mengungkapkannya dengan berbagai cara unik, mulai dari kesenian seperti puisi dan tarian, hingga ritus ziarah kubur.

Protes petani Tembakau melalui cara khusus itulah yang dikupas pensiunan peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Mohamad Sobary, dalam disertasinya yang berjudul "Perlawanan Politik dan Puitik (Ekspresi Politik Petani Temanggung)."

Disertasi yang kemudian jadi buku dan dikonsumsi masyarakat umum ini akan didiskusikan budayawan Hawe Setiawan, dan para pembahas lain seperto Haris Jauhuari, Dede Muyanto dan Andi Sri Wahyudi, Selasa 20 September 2016 pukul 15.00 WIB di Gedung Indonesia Menggugat Jalan Perintis Kemerdekaan 5 Bandung.

Dalam buku tersebut, Sobary memaparkan bahwa petani tembakau menolak Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 109 Tahun 2012 tentang pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif produk tembakau bagi kesehatan.

Dalam mengungkapkan protesnya melalui puisi, petani tembakau di Temanggung menggunakan puisi berjudul 'Manunggaling Kawulo Alit' yang berarti menyatunya rakyat dengan penguasa.

Menurut Sobary, petani tembakau Temanggung juga menggunakan drama tari 'Tundung Kolo Bendu' untuk menyampaikan protesnya. Drama tari yang ditampilkan di banyak panggung di Temanggung itu menceritakan soal ketentraman masyarakat yang diusik oleh tokoh Polo Miris dan Saudagar Bolang-baleng.

"Puisi dan drama tersebut sebagai jeritan petani tembakau kepada pemerintah, yang telah mengeluarkan sehingga menekan para petani, serta menguntungkan pihak asing. Puisi tersebut kerap dibacakan di setiap aksi protes," ujar Sobary, Minggu (18/9).

Buku Sobary menunjukkan betapa perlawanan petani tembakau Temanggung serba dihayati dengan kesungguhan mendalam. Buku ini menggambarkan dengan gamblang bahwa perlawanan petani tembakau Temanggung merupakan suatu ekspresi puitis yang dibingkai oleh tradisi yang di dalamnya mengandung ruh kearifan.

Penasaran dengan diskusi ini? Mari menuju Gedung Indonesia Menggugat.

Tag Terkait