PayTren bidik omset Rp 1 triliun tahun ini
Bandung.merdeka.com - Direktur Operasional PT Veritra Sentosa Internasional Hari Prabowo, mengatakan pada tahun ini PT Veritra Sentosa Internasional lewat produknya PayTren menargetkan omset sebesar Rp 1 triliun.
"PayTren membidik omset Rp 1 triliun," ujar Hari kepada Merdeka Bandung saat ditemui usai peresmian kantor pusat PayTren di Parahyangan Business Park, The Suites Blok E5-E7, Jalan Soekarno Hatta Nomor 693, Kamis (21/7).
PayTren optimis bisa meraih target tersebut. Sebab pada semester I pada 2016 saja pihaknya sudah membukukan omzet sebesar Rp 318 miliar.
Menurut dia perusahaan ini tak hanya menggunakan uang administrasi untuk biaya operasional. Namun, uang 'recehan' itu dipakai sebagai cashback dan sedekah. Pada 2015 lalu, omzet yang diperoleh sebesar Rp400 miliar.
Sejak 2015 hingga sekarang, total sedekah yang terkumpul mencapai Rp 4 miliar lebih Rp 4,26 miliar. Total sedekah ini merupakan akumulasi dari sedekah umum sebesar Rp 1.944.258.884, sedekah produktif Rp 693.910.100 dan sedekah harian Rp 1.619.514.000.
"Perusahaan lokal ini di Indonesia sudah dipakai 600 ribu pengguna. Sebagai pengguna mayoritas, pengguna asal Jabar memberikan kontribusi sebesar 30 persen," paparnya.
Berencana ekspansi ke luar negeri
Guna mencapai target omset Rp 1 triliun pada 2016 ini, PayTren terus melakukan ekspansi ke luar negeri. Ini merupakan upaya untuk mencapai target tinggi tersebut.
Presider Direktur PT Veritra Sentosa Internasional Yusuf Mansur, mengatakan untuk mencapai satu miliar pengguna dan target Rp 1 triliun omzet, PayTren bekerja sama dengan perusahaan mancanegara.
"Sebagai bisnis utama, PayTren ini bergerak dalam bidang payment gateway. Kita menargetkan bisa mencapai satu miliar pengguna aplikasi. Tak hanya pasar domestik, kita pun bermitra dengan pengusaha luar negeri," kata Yusuf Mansur, Kamis (22/7).
Pria yang dikenal sebagai ustaz ini pun optimistis bisa meraih cita-cita tersebut. Terlebih, bisnis garapan sistem pembayaran ini berkorelasi dengan industri lain, seperti pariwisata, travel, hingga transportasi.
Saat ini, mitra kerja yang notabene sebagai pengusaha itu tersebar di 17 negara. Mereka berada di Hongkong, Taiwan, Malaysia, Singapura, Amerika Serikat, dll.
Berdasarkan catatan, Yusuf Mansur mengaku pihaknya membukukan transaksi mencapai 40-60 ribu transaksi per hari. Nilainya mencapai Rp 2-3 miliar per hari.
"Sebenarnya, kita sudah dilirik investor dari luar negeri. Mereka ingin PayTren ini bisa menggaet 10 juta pengguna dengan nilai USD 10 juta. Tapi, kita menargetkan bisa meningkat satu miliar pengguna dengan nilai USD 1 miliar," ucapnya.
Saat ini, PayTren meluncurkan sejumlah aplikasi dengan platform teknologi terkini. PayTren sebagai media transaksi pembayaran memungkinkan setiap penggunanya tak hanya membeli. Namun, mereka pun bisa menjual dengan fee dan benefit dari setiap transaksi yang terjadi.
"Intinya, dengan aplikasi PayTren ini kita hanya mematok harga untuk pengguna sebesar Rp 25 ribu per orang dan pebisnis sebesar Rp 350 ribu per orang," ujarnya.
Saat ini, pihaknya menggandeng penyedia aplikasi DOKU. Dengan kerja sama ini, transaksi yang dapat dilakukan antara lain pembelian produk, tarik tunai dan pengiriman uang.
"Yang jelas, PayTren ini bisa meng-cover hampir segala jenis transaksi. Mulai dari pembayaran listrik, telepon, air, pulsa, cicilan kendaraan, pembayaran iuran BPJS, dll. Bahkan, saat ini kita pun meluncurkan program dimana setiap mitra kerja dilindungi asuransi syariah," ujarnya.
Tak hanya didominasi orang dewasa, PayTren ini pun memungkinkan mitra kerjanya anak-anak berusia minimal 10 tahun. Anak-anak itu diakuinya bisa memiliki penghasilan sendiri sekitar Rp 100 ribu per bulan. Lebih jauh dia mengakui aplikasi ini pun sebagai opsi mengatasi tingkat pengangguran.