Kecewa pada DKJB, seniman Bandung makan pecahan lampu

Oleh Mohammad Taufik pada 21 Juli 2016, 10:54 WIB

Bandung.merdeka.com - Sejumlah seniman Bandung menggelar aksi “Save Yayasan Pusat Kebudayaan (YPK)” di Gedung YPK, Jalan Naripan, Bandung, Rabu (20/7) sore. Aksi ini dipicu robohnya bangunan belakang dan panggung di gedung peninggalan Belanda beberapa waktu lalu.

Hermana MT, seniman longser, menyatakan robohnya ruang pertunjukan Gedung YPK bukti bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Jabar) yang membentuk Dewan Kebudayaan Jawa Barat (DKJB) tidak mampu melindungi kebudayaan. Padahal gedung tersebut rencananya akan dijadikan kantor DKJB.

Ia mengungkapkan penelantaran Gedung YPK terjadi sejak 20 tahun lalu, tepatnya pada 1996 ketika Komunitas Seni Gerbong Bawah Tanah akan menggelar pameran lukisan. Waktu itu bagian dalam gedung sudah disekat-sekat untuk ruang komersil.

Gedung YPK sendiri merupakan cagar budaya sekaligus ruang publik, bukan ruang komersil. Kini, aset Provinsi Jabar tersebut kembali terancam kerusakan. Fungsi ruang publiknya tidak jelas.

“Sekarang panggungnya roboh. Padahal ketika kampanye, pasangan gubernur dan wakil gubernur menjanjikan akan membangun gedung-gedung kesenian di kabupaten/kota. Tapi janji itu tak dilaksanakan. Malah Gedung YPK yang berada di halaman rumah mereka dibiarkan roboh,” ungkapnya.

Maka sebagai aksi kekesalan terhadap penelantaran gedung serta kecewa terhadap DKJB, ia kemudian menggigit lampu neon dan mengucah-ngunyah kacanya seperti mengunyah keripik.

Aksi ini disaksikan puluhan orang terdiri dari seniman dan wartawan. “Ini ungkapan kekesalan saya yang selama 20 tahun gedung ini diabaikan,” kata Hermana seraya kembali menggigit kaca lampu.

Aksi makan lampu tersebut menjadi pembuka diskusi Save YPK yang sudah tiga kali digelar. Kali ini para seniman merumuskan rincian-rincian petisi yang sudah mereka sebar di media sosial.

Rencananya petisi dan rinciannya akan dibahas dalam pertemuan dengan DKJB dan Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar.