Bandung berpotensi menjual tekstil ke Afrika
Bandung.merdeka.com - Afrika sekarang berbeda dengan Afrika dulu yang identik dengan kemiskinan dan kekerasan. Indonesia harus memanfaatkan kondisi Afrika saat ini. Begitu juga dengan kota Bandung.
Plt Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK) Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Salman Al Farisi mengatakan, perkembangan Afrika begitu besar, juga potensi pasarnya.
âIncome perkapitanya naik, terus produk-produknya juga mulai banyak terpasarkan ke mana-mana, lalu pembangunan infrastruktur meningkat. Itu potensi bagi kita,â kata Salman, saat berbincang dengan Merdeka Bandung baru-baru ini.
Artinya, kata dia, Afrika akan banyak membutuhkan barang-barang, mulai dari bahan bangunan, makanan, sandang, dan lain-lain. Potensi itulah yang bisa digarap para pengusaha Indonesia untuk memasuki pasar Afrika.
Khusus untuk Bandung, kata dia, banyak sekali potensi yang bisa digali. Contohnya adalah tekstil mengingat kota ini sebagai penghasil tekstil nasional. Namun sayangnya, tahun lalu nilai ekspor Indonesia ke Afrika cenderung menurun. Masalahnya, produk Indonesia cenderung product oriented bukan market oriented.
Maka, jika pengusaha Bandung ingin memasarkan tekstilnya ke Afrika sebaiknya melakukan pengenalan pasar Afrika terlebih dahulu. Pengusaha Bandung harus tahu karakter pasar Afrika.
âHarusnya market oriented. Market kita apa sih? Desain yang dibutuhkan Afrika itu kaya apa? Beda dengan desain yang dibutuhkan Jepang, misalnya. Dari tekstil saja kalau ekspor ke Afrika warna soft itu mereka tidak suka. Jadi desain itu penting,â katanya.
Mengenai tekstil, selama ini orang Afrika masih memilih Tanah Abang Jakarta ketimbang Bandung yang notabene adalah pusat tekstil. Ia menduga, Pasar Tanah Abang mampu memenuhi keinginan orang Afrika.
Menurutnya, Bandung kurang promosi terhadap orang Afrika. Sebab, jika dilihat dari sisi transportasi sebenaranya penerbangan ke Afrika dari Jakarta dan Afrika ke Bandung sama saja harus melalui Malaysia atau Singapura. Bandung sendiri memiliki penerbangan Bandung-Malaysia.
âIni masalah promosi juga. Sebetulnya bandung sebagai sumber industri tekstil mestinya bisa menjual lebih kompetitif dibandingkan Tanah Abang. Tapi dagang itu kadang tidak begitu. Di Tanah Abang bisa jual lebih murah daripada di tempatnya sendiri,â katanya.