Peneliti LIPI sebut potensi likuifaksi di 10 kecamatan Kota Bandung tak sesuai teori

Oleh Mohammad Taufik pada 12 Oktober 2018, 13:47 WIB

Bandung.merdeka.com - Peneliti Puslit Geoteknologi LIPI Adrin Tohari memiliki pendangan lain terkait potensi likuifaksi di Kota Bandung. Sebelumnya Kasubit perencanaan tata ruang dan lingkungan hidup Bappelitbang Kota Bandung Andry Heru Santoso menyebut ada 10 kecamatan di Kota Bandung yang berpotensi besar terjadi likuifaksi akibat efek gempa bumi. Sebagian besar wilayah tersebut berada di Bandung Selatan dan Bandung Timur.

Adrin berpendapat, di wilayah Kota Bandung khususnya dan cekungan Bandung pada umumnya tidak akan terjadi likuifaksi. Sebab, jenis tanah yang terkandung didominasi tanah lempung. Hal ini diketahui dari hasil penelitian yang dilakukannya selama tiga tahun yakni pada tahun 2005-2007.

"Kalau berdasarkan data bor, data sondir geoteknik untuk melihat jenis lapisan tanah, wilayah Kota Bandung ke arah bagian Selatan atau Timur itu lapisan permukaan sampai kedalaman 15 meter itu tanah lempung. Secara teori lapisan tanah lempung tidak akan terjadi likuifaksi," ujar Adrin kepada merdeka.com saat dihubungi lewat ponselnya, Jumat (12/10).

Adrin menjelaskan, fenomena likuefaksi terjadi jika tanah didominasi oleh tanah pasir. Sementara di Kota Bandung didominasi oleh tanah lempung. Kandungan tanah lempung ini lanjut Adrin merupakan proses endapan danau purba di masa lalu.

"Kalau engga ada tanah pasir engga akan terjadi likuifaksi, karena di Bandung dominasinya lempung. Semua bentuk manifestasi (likuefaksi) tidak akan muncul. Ini secara teori dikaitkan dengan data yang kita kumpulkan tidak akan terjadi likufaksi," katanya.

Namum demikian, Adrin menilai kandungan tanah lempung tetap memiliki potensi kerawanan yakni terjadinya amplifikasi. Amplifikasi ini berarti dampak gempa akan lebih terasa di permukaan karena didominasi lapisan tanah lempung. Sehingga guncangan saat terjadi gempa bumi akan sangat dirasakan oleh masyarakat yang tinggal di atasnya.

"Kalau tanah lempung akan menimbulkan amplifikasi getaran. Jadi getaran lebih kuat. Penguatan getaran akibat tanah lempung yang lunak. Kalau ada gempa susulan, bahaya amplifikasi ini bisa membuat fondasi mengalami kerusakan, bahkan bisa roboh," ujarnya.

Untuk itu perlu adanya antisipasi sebagai dampak terjadinya fenomena tersebut. Setiap bangunan yang berada di wilayah cekungan Bandung harus memiliki struktur pondasi yang kuat.

"Buat saya penting memeperhatikan tanah d wilayah cekungan bandung artinya ada penyesuaian terhadap konstruksi bangunan. Utaman pondasi harus kuat, struktur kolom harus terikat dengan kuat," katanya.

Tag Terkait