Bio Farma bagi ilmu soal vaksin untuk Maroko dan Tunisia

Oleh Endang Saputra pada 27 Agustus 2018, 16:52 WIB

Bandung.merdeka.com - Indonesia dipercaya untuk berbagi pengetahuan mengenai produksi vaksin kepada Maroko dan Tunisia dalam program ‘Strengthening Indonesia-Morocco–Tunisia Development Cooperation Through Reverse Linkage (RL) Program’. Dalam hal ini, Bio Farma yang dipercaya untuk berbagi ilmu mengenai vaksin.

Kegiatan sendiri dilangsungkan pada Senin (27/8) hingga Kamis (30/8) di dua kota yakni Jakarta dan Bandung. Kegiatan RL ini terselenggara atas kerjasama Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional-PPN atau Bappenas bekerjasama dengan Badan POM, Kementerian Kesehatan dan Bio Farma melalui program Reverse Linkage dengan Islamic Development Bank (IsDB).

Program yang diikuti perwakilan dari Kementerian Kesehatan Tunisia, Institute Pasteur de Tunis, Direktorat obat dan Farmasi Kementerian Kesehatan Maroko, Insitute Pasteur du Maroc, Badan Kefarmasian (Agence Marocaine d’Industrie Pharmaceutique) Maroko.

Menteri PPN yang juga merupakan Kepala Bappenas, Bambang P. S. Brodjonegoro mengatakan, kegiatan ini merupakan salah satu bentuk Kerjasama Selatan-Selatan Triangular. Inti dari kerjasama ini adalah Indonesia akan memberikan pengetahuan, pengalaman dan bantuan teknis kepada negara anggota IsDB dan OKI.

"Indonesia dipercaya untuk berbagi pengetahuan mengeni vaksi kepada Tunisia dan Maroko. Kebetulan Bio Farma sudah ditentukan sebagai salah satu leading institution untuk pembuatan vaksin untuk negara anggota OKI," ujar Bambang dari keterangan tertulis yang diterima Merdeka Bandung, Senin (27/8).

Bambang menambahkan, Maroko dan Tunisia ingin belajar vaksin ke Bio Farma, yang dapat meningkatkan kesehatan di negara tersebut, atau negara anggota OKI lainnya

Pertemuan dengan Menteri PPN atau Kepala Bappenas dan jajarannya, juga akan dipaparkan materi mengenai kebijakan pengembangan kesehatan di Indonesia, begitupun sharing mengenai kebijakan kesehatan dan farmasi di Maroko.

Dilanjutkan dengan materi dan kunjungan ke Badan POM serta Kementerian Kesehatan. Sedangkan pada Selasa (28/8) bertempat di kawasan Bio Farma di Bandung, akan disampaikan paparan dari Dirut Bio Farma tentang strategi penyediaan vaksin untuk kebutuhan nasional dan global.

"Maroko dan Tunisia merupakan anggota dari organisasi kerjasama Islam (OKI), sehingga jangka panjang perlu mempersiapkan diri untuk kemandirian produksi vaksin di negara anggota OKI, mereka tertarik untuk meningkatkan kemampuannya dalam pengembangan vaksin untuk memenuhi kebutuhan vaksin domestik dinegaranya. Indonesia dan IsDB melalui Program Reverse Linkage berkomitmen untuk mendukung pengembangan Maroko dan Tunisia di sektor Farmasi," tambah Direktur Utama Bio Farma, M. Rahman Roestan.

Saat ini, menurutnya, Bio Farma merupakan produsen vaksin yang kompetensi dan keahlian Indonesia dalam produksi vaksin telah diakui oleh Organisasi Kerjasama Islam (OKI) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Pada bulan Desember 2017, Konferensi Menteri Kesehatan ke enam OKI di Jeddah telah mengesahkan status Indonesia sebagai Pusat Keunggulan pada Produk Vaksin dan Bio-teknologi atau ‘Center of Excellence on Vaccine and Bio-technology Product’.

Sebagai negara yang leading dalam memproduksi vaksin, Indonesia sangat berkomitmen untuk membantu negara-negara berkembang lainnya untuk meningkatkan kemampuannya dalam bidang pengembangan vaksin.

Tag Terkait