Berkat selai khusus diabetes, mahasiswi Unpas masuk 10 besar Djarum Beasiswa Plus

Oleh Endang Saputra pada 24 Juli 2018, 16:24 WIB

Bandung.merdeka.com - Kepeduliannya terhadap keluarga yang mengidap penyakit diabetes membuat Anisa Mevy Permatasari mahasiswi Universitas Pasunda (Unpas) berupaya menciptakan sebuah produk makanan yang aman dikonsumsi. Makanan manis yang menjadi teman untuk sarapan yakni selai berbahan spirulina bagi para pengidap diabetes rupanya berhasil memboyong perempuan dengan sapaan akrab Mevy itu masuk dalam peringkat 10 besar Djarum Beasiswa Plus.

Mevy mengaku tak menyangka jika penelitiannya perihal selai spirulina berhasil memikat para juri hingga berhasil memboyongnya hingga tahap ini. Kehadiran selai berbahan dasar spirulina yang diteliti oleh Mevy sendiri bermula dari kepeduliannya terhadap sang tante sebagai pengidap diabetes. Ia menilai bahwa keterbatasan makanan membuat para pengidap diabetes seolah tersiksa.

"Dari situ saya berpikir bagaimana caranya untuk membuat produk makanan yang punya gizi tinggi, instan, tapi juga enak. Kepikiran bikin selai soalnya memang selai ini praktis dan biasanya menemani waktu makan saat sarapan. Kepikiran deh untuk menjadikan spirulina sebagai bahan utamanya," ujar Mevy kepada Merdeka Bandung saat ditemui dalam acara Djarum Beasiswa Plus di Hotel Luxton, Jalan Ir. H. Djuanda, Selasa (24/7).

Spirulina atau lebih dikenal dengan nama ganggang hijau sendiri sebenarnya sudah banyak disebutkan oleh ahli kesehatan bahwa tanaman ini baik untuk kesehatan. Soalnya, kandungan gizi dalam spirulina ini tinggi dan menjadi satu-satunya tanaman yang memiliki vitamin B paling lengkap. Kandungan lain yang menjadi keunggulannya adalah kadar proteinnya yang tinggi yaitu sekitar 60 persen.

Pigmen phycocyanin adalah pigmen yang memberikan warna biru pada tanaman spirulina tersebut dan memiliki kandungan protein kompleks yang tinggi. Protein tersebut dapat digunakan untuk dikonsumsi ibu hamil yang sangat baik untuk pertumbuhan janin, dan dipercaya bisa menyembuhkan penderita diabetes.

Perempuan berusia 21 tahun itu mengatakan, ia sudah sejak lama mengamani spirulina. Berawal dari rasa penasaran, Mevy lalu mencoba mengolah spirulina menjadi sebuah bahan baku makanan yang lezat. Dengan mencampurkannya bersamaan nanas, peptine, serta gula stevia, ia yakin jika produk ini akan disukai oleh para pengidap diabetes.

"Proses risetnya sebenarnya sudah lama. Tapi baru belakangan ini, ya sekitar dua minggu fokus melakukan riset dan mencoba membuat selainya," tutur dia.

Dengan modal penelitian produk selai berbahan spirulina ini, Mevy optimis dirinya akan berhasil lolos menjuarai Djarum Beasiswa Plus.

Sementara itu, ada beragam manfaat yang didapatkan ketika mahasiswa berhasil mendapatkan Djarum Beasiswa Plus dan bergabung sebagai Beswan Djarum Berbagai program keterampilan lunak atau soft skills terus diberikan untuk mengasah kecerdasan emosional diri, sekaligus berbagai kesempatan kompetisi mempraktikkan soft skills yang didapat.

Writing Competition adalah salah satu program kompetisi bagi penerima Djarum Beasiswa Plus yang dimaksudkan untuk melatih kemampuan penerimanya yakni dikenal sebagai Beswan Djarum dalam berkomunikasi dan menuangkan gagasan. Saat ini, program Writing Competition Beswan Djarum 2017/2018 telah bergulir dan memasuki tahapan Final Regional Bandung yang di gelar di Hotel The Luxton Bandung, Selasa (24/7).

"Writing Competition merupakan salah satu program Djarum Beasiswa Plus yang memfasilitasi Beswan Djarum untuk berpikir kritis terhadap berbagai permasalahan bangsa, menuangkan gagasannya dalam bentuk esai berdasarkan keilmuan yang ditekuninya. Serta mempresentasikan hasil olah otak tersebut dalam sebuah presentasi singkat. Inilah salah satu bentuk tantangan bagi penerima beasiswa kami untuk bangkit menciptakan solusi atas fenomena yang terjadi di lingkungan sekitamya,” jelas Program Associate Bakti Pendidikan Djarum Foundation, Laksmi Lestari.

Pada Final Regional Writing Competition di Bandung, Djarum Foundation melakukan proses penjurian terhadap 10 finalis Beswan Djarum yang dianggap memiliki karya tulis terbaik. Mereka berasal dari lnstitut Teknologi Bandung, Universitas Pasundan, Universitas Jenderal Ahmad Yani, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, Universitas Widyatama, Universitas Kristen Maranatha dan IAIN Syekh Nurjati Cirebon.

Karya mereka mewakili dua kategori yakni Humaniora, Budaya dan llmu Sosial serta llmu Pengetahuan dan Teknologi.

Laksmi menjelaskan, 10 finalis tersebut telah melalui tahapan penyaringan yang ketat. Pada Final Regional di Bandung ini, akan ditetapkan total empat orang finalis terbaik untuk dua kategori yang akan melaju ke fase berikutnya, yakni berkompetisi di Final Nasional, bersaing dengan para finalis terbaik dari regional-regional lainnya di Indonesia.

"Writing Competition merupakan salah satu skills Djarum Beasiswa Plus. Kompetisi dibuka bagi mereka yang telah mengikut dua soft skills utama kamiyakni Character Building serta Leadership Development. Dalam pelatihan ini, Beswan Djarum diberikan pembekalan membangun karakter yang Iuhur, peduli dan mandiri. Serta bagaimana menjadi pemimpin yang visioner, mampu berkomunikasi baik lisan dan tertulis serta piawai memotivasi untuk membawa perubahan. Sehingga, ajang Writing Competition menjadi ajang praktik dengan berkompetisi antar penerima beasiswa kami dari seluruh Indonesia," kata dia.

Sepuluh karya terbaik di Final Regional di Bandung ini memperebutkan ‘tiket‘ menuju tingkat nasional di hadapan tiga juri yang mewakili bidang akademis, praktisi bisnis dan media atau jurnalis. Mereka yang dipercaya untuk menilai kualitas esai dan presentasi para Hnalis adalah Ir. Harimukti Wandebori, MBA Dosen SBM ITB, Budhiana Kartawiiaya Kepala Pusat Data dan Riset Harian Umum Pikiran Rakyat, dan Gandiar Suwargani Praktisi Bisnis sekaligus pemilik OZ Radio Bandung.

Â

Tag Terkait