Permudah bisnis Anda dengan big data yang kian menggeliat di Indonesia

Oleh Mohammad Taufik pada 09 Juni 2018, 14:07 WIB

Bandung.merdeka.com - Bagi pelaku usaha, big data kini menjadi bidikan. Soalnya, big data yang pertumbuhannya kian menggeliat di Indonesia ini sangat berguna untuk bisnis. Dengan big data, Anda bisa meningkatkan traffic dari toko online, meningkatkan penghasilan, efektivitas promosi, event, bahkan hingga manajemen operasi perusahaan.

Chief Digital Startup, E-commerce, & Fintech (CDEF) Sharing Vision, Nur Javad Islami, mengatakan kini era big data kian intens di Indonesia. Seperti peningkatan traffic toko online bisa dicapai dengan tools dasar dari big data, seperti point of sales transaction, market baskets, consumer comments, demografi toko, internet of things (IOT), social media, cuaca, dan sebagainya.

Dari tools itu, akan dianalisis menggunakan teknik customer behavior, customer view, credit scoring, fraud analysis, brand monitoring, loyalty and promotion analysis, marketing campaign optimization, social customer relationship management, pricing optimization, sentiment analysis, dan sebagainya.

"Sebagai contoh sentiment analysis. Dalam case perbankan, dapat digunakan memantau apa kata pelanggan untuk keberhasilan marketing, mengidentifikasi customer kunci untuk mengefektifkan word-of-mouth marketing, melihat customer feedback untuk meningkatkan kualitas produk dan layanan," ujar pria yang akrab disapa Jeff kepada Merdeka Bandung, Jumat (8/6).

Sebagai contoh lain, lanjutnya, customer segmentation mampu membantu merancang program targeted marketing, membangun loyalty programs berdasarkan pada kebiasaan penggunaan kartu, mengoptimalkan strategi pricing, membangun relationship dengan valuable customers.

Bila big data dilihat sebagai tools antisipatif, dapat digunakan untuk menemukan pola-pola transaksi legal, merumuskan pola-pola transaksi ilegal dan melakukan blacklist, dan meminimisasi risiko fraud. Big data dapat digunakan dalam bisnis, 48 persen untuk mengetahui perilaku pelanggan, 21 persen untuk operasional, 12 persen untuk mendeteksi Fraud, 10 persen untuk inovasi, 10 persen untuk optimisasi Data.

Namun demikian masih ada beberapa kekurangan dalam ekosistem big data, yakni kelangkaan SDM khususnya data scientist. Di Amerika saja, saat ini kekurangan sebanyak 190 ribu orang. Sedangkan data terus berkembang cepat dan akan mencapai 44 kali lebih besar pada 2020 jika dibandingkan dengan jumlah data pada 2009.

Dari 0.79 Triliun Gigabyte menjadi 35 Triliun Gigabyte di dunia. Kelangkaan terus bertambah. Salary bulanan seorang Data Analyst di pasar global, berkisar antara 140 juta per bulan hingga 250 juta per bulan di entry level, atau data analyst biasa, saking langkanya.

"Melihat kondisi global, di Indonesia tidak kalah dari sisi Big Data. Sebanyaj 59 persen perusahaan besar di Indonesia telah mengadopsi Big Data. Tidak satupun yang meragukan keberhasilan Big Data. Sebanyak 80 persen perusahaan besar percaya, Big Data dapat diimplementasikan sesuai keinginan dan target," katanya.

Salah satu startup terbesar di Indonesia, Gojek, dibantu oleh Teknologi Big Data dari luar, Google. Padahal ada banyak ahli Big Data dari Indonesia. Sudah saatnya Indonesia tidak kalah dari luar negeri dalam Bidang Data Science. Karena, ada satu hal unik dari Big Data. Yaitu, selalu berbeda dari case ke case, tempat ke tempat.

Big Data di Indonesia, tentu berbeda dengan di Amerika. Karakteristik masing-masing tempat unik, merupakan ekspresi dari interaksi masyarakat, budaya, faktor alam, dan berbagai faktor lainnya.

Tag Terkait