Tugu Maung di Kota Bandung ini dikritik, bentuknya lebih mirip anjing laut

Oleh Mohammad Taufik pada 03 Januari 2018, 14:22 WIB

Bandung.merdeka.com - Pemkot Bandung saat ini sedang membangun tugu di sejumlah titik di Kota Bandung. Pembangunan tugu tersebut dilakukan sebagai penanda kawasan kota lama Bandung. Hal ini juga sebagai upaya untuk penataan kawasan cagar budaya.

Sebagian besar pembangunan tugu sudah selesai dikerjakan. Ada tiga titik lokasi yang dibangun yakni di persimpangan Jalan Cihampelas-Wastukancana, Persimpangan Jalan Otto Iskandar Dinata-Jalan Astana Anyar dan persimpangan Jalan Supratman-Jalan Katamso.

Tugu yang menjulang tinggi sekitar 9 meter ini tampak jelas terlihat bila melewati tiga titik lokasi tersebut. Sebab lokasinya berada di persimpangan jalan. Namun pasca-rampungnya pembangunan tugu, banyak kritikan muncul khususnya terhadap bentuk patung Harimau (Maung) tersebut.

Kritikan tersebut salah satunya datang dari Wali Kota Bandung Ridwan Kamil. Emil, sapaan akrabnya yang juga ikut mendesain patung tersebut bahkan menyebut jika patung Harimau tersebut lebih mirip anjing laut.

"Maung Bandung itu teh. Tapi 'teu bisaeun' (seniman patungnya tidak bisa membuat sesuai desain), bentukna seperti anjing laut. Jadi Saya juga tidak happy," ujar Emil kepada wartawan beberapa waktu lalu.

Emil mengatakan, dirinya sengaja membuat desain patung harimau seperti patung yang dipasang di tiang-tiang PJU klasik. Harimau ini melambangkan semangat Maung Bandung.

Empat patung ini sengaja dibuat dengan menghadap ke berbagai penjuru mata angin. Ini memiliki filosofi Harimau sebagai penjaga ke seluruh penjuru mata angin.

"Jadi artinya maung Bandung ke penjuru mata angin, menjaga ke Selatan, ke Barat, ke Timur, Utara. Cuma si senimannya kurang. Sudah saya kritik nanti akan diperbaiki," katanya.

Emil mengungkapkan, bahwa pembangunan tugu tersebut sebagai upaya Pemkot Bandung untuk memprivasi kawasan bersejarah. Sehingga masyarakat mengetahui jika memasuki kawasan bersejarah melalui tugu yang dibuat.

"Jadi Kota yang baik itu memprivasi sejarah. Jangan di daerah yang bersejarah banyak bangunan-bangunan modern yang tidak nyambung, maka kebijakan saya jika ada project baru, hotel baru harus art deco. Supaya orang paham Anda memasuki wilayah bersejarah dimana ada titik-titik yang memungkinkan kita buat monumennya," katanya.

Tag Terkait