Survei Pilwalkot oleh mahasiswa FMIPA Unpad: Oded tertinggi, Yossi terendah

Oleh Farah Fuadona pada 28 Desember 2017, 11:11 WIB

Bandung.merdeka.com - Nama Oded M Danial masih bertengger di posisi teratas untuk tingkat elektabilitas dan popularitas di Pilwalkot Bandung. Dari survei yang dilakukan oleh mahasiswa Stastika FMIPA Unpad, Oded meraih tingkat elektabilitas tertinggi yakni sebesar 34 persen dan popularitas 55,8 persen. Sementara Yossi Irianto berada di posisi terbawah dengan tingkat elektabilitas 5 persen dan popularitas 20,9 persen

Survei ini dilakukan oleh 73 mahasiswa jurusan statistika semester lima. Survei dilakukan dari tanggal 15 November hingga 1 Desember 2017, dengan jumlah responden 1.066 orang. Survei ini menggunakan teknik two ways random sampling.

Dua perwakilan mahasiswa yakni Keshia Aritonang dan Nezar Abdilah Prakasa memaparkan hasil survei. Keshia mengatakan untuk tingkat popularitas Nurul Arifin berada di posisi kedua dengan 32,5 persen. Kemudian disusul Atalia Praratya 30,5 persen, Ayi Vivananda 27,7 persen dan Yossi Irianto 20,9 persen. Adapun untuk tingkat elektabilitas, di posisi kedua ditempati Atalia sebesar 26 persen. Kemudian Nurul Arifin 20 persen, Ayi Vivananda 15 persen dan Yossi 5 persen.

"Dalam survei ini muncul nama Atalia Praratya. Popularitas tinggi karena statusnya sebagai istri wali kota," ujar Keshia kepada wartawan di kawasan Pagergunung, Rabu (27/12).

Sementara itu Nezar mengungkapkan, pertimbangan warga dalam memilih wali kota. Dari hasil survei diketahui jika kemampuan memimpin, memiliki persentase tertinggi yang menjadi pertimbangan warga Bandung dalam memilih wali kota yakni sebesar 89,28 persen. Kemudian 88,76 persen memilih wali kota karena condong pada agama, 83,69 persen karena rencana program, ketokohan dengan 76,07 persen, fatwa ulama 75,6 persen dan isu yang diangkat 71,33 persen, keseimbangan politik 74,31 persen.

Di tempat yang sama, Dosen Statistika Unpad Toni Toharudin mengatakan survei tersebut dilakukan mahasiswanya sebagai tugas mata kuliah yang diampunya. Dengan adanya survei tersebut, diharapkan mahasiswanya dapat terbiasa melakukan survei selepas selesai kuliah nanti.

"Setelah akhir mata kuliah ini, bisa terjun ke dunia kerja di bidang survei. Ini kan mahasiswa berbeda dengan lembaga survei yang lebih mengedepankan aspek bisnis. Kalau kami mencoba sangat objektif di luar kepentingan orang. Survei ini kita lakukan seobjektif mungkin sesuai dengan metodologi yang ada," katanya.

Toni mengungkapkan, teknik two ways random sampling yang digunakan oleh mahasiswanya tergolong menghasilkan data yang lebih lengkap dan akurat. Sebab survei dilakukan secara menyeluruh. Hal ini berbeda dengan teknik multistage random sampling yang biasa digunakan oleh lembaga survei yang dinilai menggunakan sampel sebagian kecil saja.

"Teknik two ways ini mencakup responden seluruh area dalam hal ini 30 kecamatan diambil semua. Jumlah respondennya saja mencapai 1.066. Secara statistik akan lebih efisien. Berbeda dengan multi stage random sampling, dimana sampel yang ada kecil biasanya sampai 500 orang saja," pungkasnya.