Kota Bandung dianggap lambat miliki transportasi massal modern
Ilustrasi kereta cepat
Bandung.merdeka.com - Sebagai ibu kota Provinsi Jawa Barat dengan perkembangan penduduknya yang sangat pesat, Kota Bandung dinilai sangat lambat dalam hal infrastruktur, khususnya sarana transportasi massal modern seperti LRT atau sistem rel.
Pandangan itu disampaikan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (Bapenas) RI Bambang Brodjonegoro seusai memberikan pemaparan dalam The Third International Conference on Sustainable Infrastructure and Built Environment di Kampus ITB, Rabu (27/9)â.Â
"Makanya Bandung mau bikin LRT, ya saya dukung penuh. Karena Bandung itu sudah sangat terlambat. Bandung itu sampai hari ini tidak punya sistem transportasi massal baku," katanya.
Sejauh ini Bandung dibawah kepemimpinan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil masih mengandalkan sarana transportasi bus. Untuk mengintegrasikan bus, angkutan kota masih menjadi andalan Pemkot Bandung sebagai fasilitas angkutan massal tersebut.
Menurut dia, angkoât saat ini bukanlah solusi dari permasalahan kemacetan kota sebesar Kota Bandung. Dengan tipikal kota yang secara ekonomi bergerak cepat, transportasi yang harus diterapkan di Kota Bandung harus berbasis rel.Â
"Kalau bus tempatnya susah, makanya harus langsung kereta. Dan keretanya kalau di bawah tanah mahal, elevated atau di atas saja seperti LRT. Makanya LRT the best for Bandung," sebutnya.
Bandung yang juga dikepung kaum komuter menurutnya harus bisa memanfaatkan jalur kereta api yang saat ini tidak aktif. Beberapa rel yang saat ini tidak aktif seperti menuju Ciwidey, Garut dan Cianjur bisa dikoneksikan langsung. Hal tersebut tergantung arah urbanisasi Bandung Raya. Terlebih, katanya, Bandung Raya akan terhubung dengan Jakarta melalui kereta cepat.Â
Dia memprediksi, sebanyak 76 juta orang, akan tinggal di kawasan Jakarta dan Bandung pada 2045. Mau tidak mau, kata Bambang, harus ada kemudahan konektivitas dan hal ini hanya bisa diselesaikan bukan hanya melalui pembangunan jalan atau tol, tapi dengan transportasi publik yang memadai.Â
"Ke depan, public transportation menjadi ciri khas kota besar di Indonesia. Sangat salah kalau ada wali kota besar masih berpikir untuk membangun jalan layang, terlalu banyak. Jalan layang memang perlu, tapi nomor dua. Yang kesatu itu bangun dulu urban railway system," terangnya.
Â
Â
Tag Terkait
LPDP Lakukan Transplantasi Karang dan Pemberdayaan Masyarakat
Novo Nordisk Indonesia Menerapkan Pendekatan Holistik
Kepengurusan IESPA 2021-2026 Baru Siap Dorong Jutaan Gamers Jawa Barat
SimpleDesa dari SVN di KBB Beri Kemudahan Bagi Kepala Desa
Segudang Manfaat Elok Terasa di Desa Wisata Stone Garden
Tahun Ini, Sertifikasi Gratis TKDN dari Kemenprin Telah Lampaui Target
Jelang KTT G20 2022, Sebuah Dialog Digelar Guna Membangun Kolaborasi
384 Pembalap Ramaikan Teras Caf 1st Series di Lembang
Karier.mu dan Kartu Prakerja Bantu Asah Kompetensi Diri
Donatur Loyal Rumah Zakat Bisa Dapat Happiness Card, Ini Keuntungannya