Taksi konvensional di Jabar harus ikuti selera masyarakat
Ilustrasi taksi online
Bandung.merdeka.com - Semakin merambahnya keberadaan transportasi berbasis daring di Jawa Barat bisa menjadi ancaman tersendiri untuk transportasi konvensional. Yang paling terasa yakni ojeg dan taksi konvensional. Oleh karena itu transportasi kota harus bisa menyesuaikan dengan selera masyarakat jika tidak ingin ditinggalkan konsumen.
Penasehat Organisasi Angkutan Darat (Organda) Jawa Barat Dida Suprinda meminta, angkutan umum dan taksi konvensional diminta untuk mengikuti selera masyarakat dan kemajuan teknologi informasi. Sebab dunia angkutan darat di Jawa Barat sudah berubah sangat drastis, terutama dengan kehadiran taksi dan ojek online.
"Organda akan berbenah dalam hal pelayanan, ketertiban, keamanan, dan keselamatan. Karena itulah yang masyarakat butuhkan. Saat kami menyesuaikan diri dengan kemajuan zaman, mohon pemerintah menjamin kesetaraan hukum dan perlakuan antara taksi online dengan lainnya," katanya usai bertemu dengan Sekretaris Daerah Jawa Barat Iwa Karniwa di Gedung Sate, Kota Bandung, Senin (31/7).
Pihaknya mengaku tidak bisa melawan zaman yang kian berkembang. Semua penerapan sudah berbasis daring. Taksi online tetap harus dalam bawah pengawasan pemerintah.
"Taksi online pun harus menjalani persyaratan yang sama seperti angkutan umum, contohnya ada uji kir," katanya.
Iwa Karniwa juga meminta agar organda bisa meningkatkan pengetahuan mengenai usaha bisnis dan pengetahuan mengenai selera masyarakat. Sehingga keinginan konsumen dapat dipenuhi pengusaha angkutan darat. Organda dan pengusaha angkutan pun, menurutnya harus menguasai bahasa dan teknologi informasi. Penguasaan alat digital saat ini, katanya, sudah mutlak harus dilakukan karena kemampuan konsumen dalam teknologi informasi pun sudah berkembang pesat.
"Pengetahuan digital harus dikuasai oleh Organda. Kalau tidak, akan ditinggal oleh konsumen. Organda pun harus membangun network, baik itu dengan perbankan, atau dengan pihak lain, supaya bisa meningkatkan produk perusahananya. Karena dengan kondisi sekarang saat konsumen berubah, tapi kita tidak punya network dan teknologinya, usahanya nggak akan visible lagi. Penumpangnya akan sedikit," ujarnya.
Selanjutnya, kata Iwa, Organda harus membangun organisasi pembelajaran bagi internalnya atau anggota Organda. Organisasi pembelajaran ini harus didukung dua hal, yakni inovasi layanan, inovasi tata kelola perusahaan, dan enterpreneurship. Hal yang paling mendasar dalam melakukan konsolidasi organiaasi, katanya, di antaranya kemajuan yang mengarah pada teknologi informasi.
"Organda kan melayani masyarakat. Kalau selera masyarakat berubah, Organda juga harus berubah. Masyarakat kini ingin transportasi yang nyaman, ini yang harus dipelajari. Sebab kalau tidak, akan dilibas perubahan roda zaman," imbuhnya.
Tag Terkait
LPDP Lakukan Transplantasi Karang dan Pemberdayaan Masyarakat
Novo Nordisk Indonesia Menerapkan Pendekatan Holistik
Kepengurusan IESPA 2021-2026 Baru Siap Dorong Jutaan Gamers Jawa Barat
SimpleDesa dari SVN di KBB Beri Kemudahan Bagi Kepala Desa
Segudang Manfaat Elok Terasa di Desa Wisata Stone Garden
Tahun Ini, Sertifikasi Gratis TKDN dari Kemenprin Telah Lampaui Target
Jelang KTT G20 2022, Sebuah Dialog Digelar Guna Membangun Kolaborasi
384 Pembalap Ramaikan Teras Caf 1st Series di Lembang
Karier.mu dan Kartu Prakerja Bantu Asah Kompetensi Diri
Donatur Loyal Rumah Zakat Bisa Dapat Happiness Card, Ini Keuntungannya