Kota Bandung masuk dalam 25 daerah pondasi smart city di Indonesia

Oleh Mohammad Taufik pada 23 Mei 2017, 11:24 WIB

Bandung.merdeka.com - Kota Bandung terpilih sebagai salah satu dari 25 Kota/Kabupaten di Indonesia yang dinyatakan lulus assessment 'Gerakan Menuju 100 Smartcity', yang diselenggarakan Dirjen Aplikasi Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama dengan kementerian terkait.

Assessment yang dilakukan berdasarkan beberapa indikator diantaranya kemampuan keuangan daerah, indeks kota hijau oleh Kementerian PUPR, indeks kinerja pemerintah daerah dari Kemendagri, dan indeks kota berkelanjutan (khusus kota) dari Bappenas oleh 20 (dua puluh) assesor yang terdiri dari para akademisi, pemerintahan dan praktisi TI.

Wakil Wali Kota Bandung Oded M Danial menghadiri Launching Program Gerakan Menuju 100 smart city sekaligus turut menandatangani Nota Kesepakatan Bersama ( MoU) antara Kementerian Komunikasi dan Informatika dengan 25 (dua puluh lima) Kota Kabupaten Terpilih 2017 di Hotel Four Point Sheraton Makassar, Senin (22/5).

Usai penandatanganan MoU, Oded bersama empat kepala daerah lainnya menjadi pembicara pada segmen 'Tantangan, Implementasi dan Kisah Sukses dalam Pengembangan Smart City di Indonesia'. Oded menjelaskan bahwa Bandung dibangun atas 3 (tiga) prinsip yaitu desentralisasi, kolaborasi dan inovasi.

Dengan prinsip itu pula berbagai inovasi dilakukan untuk mendukung kelancaran pelayanan masyarakat (public services), memaksimalkan kinerja aparatur Pemkot dan mendukung fungsi pemkot sebagai regulator.

"Kita berusaha membangun bandung smart city di berbagai aspek diantaranya smart government melalui aplikasi bansos, membangun infrastruktur, bandung smart government melalui e-musrenbang, SILAKIP, bandung smart goverment melalui Lapor!, Bandung smart ekonomi melalui kredit melati, dan lain sebagainya," ujar Oded.

Menurut Oded, melalui gerakan menuju 100 smart city ini, sebagai sarana berbagi dan mengembangkan implementasi smart city di daerah masing-masing sesuai dengan potensi dan kondisi kebutuhan daerahnya.

"Dan semua itu hanya akan bisa berhasil jika dilaksanakan dengan semangat kolaborasi, bukan kompetisi," katanya.

Sementara itu, Dirjen Aptika Kemkominfo Samuel, mengatakan bahwa smart city bukan lagi pilihan tetapi merupakan keniscayaan karena seluruh dunia sudah menuju smart city. Dan saat ini yang diperlukan adalah implementasinya di setiap daerah.

Tujuan smart city bukanlah bagaimana kota kabupaten membeli teknologi dan perlengkapannya, tetapi pemerintah harus memiliki strategi yang nilai tambahnya bisa diaplikasikan bagi kemajuan pelayanan.

"Smart city harus diperkuat dengan adanya perubahan mindset aparatur, proses bisnis untuk percepatan dalam pelayanan, dan komitmen untuk mengembangkan smart city yang berkelanjutan dalam jangka panjang," katanya.

Pada tahun pertama ini dipilih 25 kota kabupaten, selanjutnya dalam 2 (dua) tahun ke depan, ditargetkan 75 kota dan kabupaten lainnya, sehingga di tahun 2019 diharapkan akan terbentuk 100 kota kabupaten yang memiliki pondasi kuat untuk menjadi smart city.