Ini kiprah membanggakan filatelis Indonesia di tingkat dunia

Oleh Mohammad Taufik pada 15 Mei 2017, 11:13 WIB

Bandung.merdeka.com - Indonesia patut berbangga dengan sederet prestasi filatelis tanah air. Aktivitas mengumpulkan perangko dan benda-benda pos ini rupanya banyak mendapat apresiasi dan penghargaan di luar negeri. Buktinya para filatelis Indonesia berhasil mendapatkan berbagai medali di ajang kompetisi filateli dunia.

Salah satunya adalah Tono Dwi Putranto. Sederet medali telah berhasil diraih oleh pria asli Yogyakarta ini. Hingga saat ini, Tono tercatat sebagai pemegang medali emas terbanyak dari Indonesia dari berbagai kompetisi filateli tingkat dunia.

Salah satu penghargaan paling prestisius yang didapat Tono yakni saat berhasil meraih large gold (medali tertinggi dalam pameran filateli) yang berhasil diraih saat pameran di Nanning China tahun 2016. Tono menyisihkan para peserta dari puluhan negara yang ikut ambil bagian dalam event tingkat dunia tersebut.

"Dalam pameran perangko ini, barang yang dipamerkan dinilai oleh juri internasional dan itu ada kriteria-krierianya. Kalau nilainya di atas 90 dia mendapat medali emas. Kalau nilainya 95 dia dapat large gold. Jadi dalam pameran filateli ini bukan juara 1,2,3, tapi grade. Kalau karyanya tidak memuaskan, nilainya tidak cukup, bisa satu pameran tidak ada yang dapat medali emas," ujar Tono saat berbincang dengan Merdeka Bandung di sela acara Pameran Nasional Filateli Bandung 2017 yang digelar di Festival Citylink beberapa waktu lalu.

Saat mengikuti pameran di China, Tono memamerkan koleksi prangkonya tentang Singa. Dia mengikuti kompetisi untuk kelas tematik dengan mengambil judul Journey of an old king from Serengeti.

"Old King from Serengeti itu singa. Jadi ada empat kriteria yang dinilai. Pertama bagaimana menyusun perangko menjadi suatu rangkaian cerita. Kemudian knowledge atau pengetahuan tentang benda filatelinya sendiri. Ketiga, kondisi dan kelangkaan dan terakhir presentasi. Setelah ditotal ditotal, Saya mendapat nilainya 100," ucap pria yang juga aktif di Perkumpulan Filatelis Indonesia ini.

Untuk mengumpulkan berbagai prangko dengan tema Singa ini, Tono mengaku sampai berburu ke tempat-tempat lelang baik di dalam negeri maupun luar negeri. Tono mengatakan banyak mendapatkan prangko singa ini saat berkunjung ke Afrika Selatan.

"Kalau belum punya Saya akan cari. Jadi setiap kali ke luar negeri, Saya datangi lelang perangko internasional. Saya dapat koleksi perangko Singa itu dari Afrika Selatan. Karena di sana banyak nerbitin perangko singa itu tahun 2010. Untuk pengumpulan (prangko Singa) itu selama 13 tahun dari tahun 2004," kata Tono yang gemar mengoleksi perangko sejak SMP ini.

Dari filateli, Tono telah mendapatkan berbagai medali penghargaan. Hingga saat ini Tono tercatat telah mendapatkan 1 medali large gold, 6 medali gold dari 3 kelas yang berbeda serta beragam medali lainnya.

Selain mendapat penghargaan di China, khusus untuk kompetisi kelas tematik Singa, Tono juga berhasil mendapat medali emas di Seoul, Korea Selatan dan Singapura. Selain mendapat medali di kelas tematik, Toni juga mendapatkan medali di kelas aerophilately. Medali emas berhasil diraih Tono saat mengikuti pameran di Rio de Janeiro, Brazil, Seoul serta Singapura. Tono juga mendapatkan medali emas saat mengikuti kompetisi di kelas postal history di Jakarta tahun 2012 lalu.

"Saya pemegang medali emas terbanyak dari indonesia. Dengan ini, saya bisa pergi gratis keliling dunia seperti China, Thailand, Taiwan India, Afrika Selatan, UEA, Brazil, Amerika, Australia, Malaysia, Singapura, Hongkong untuk mengikuti pameran filateli," katanya.

Salah satu ciri khasnya jika mengikuti event resmi filateli di luar negeri, Tono mengaku selalu menggunakan peci. Peci ini sengaja dia kenakan sebagai identitas bangsa Indonesia. " Ini ciri khas Indonesia. Saya memelopori memakai peci nasional di acara resmi di luar negeri. Sekarang semua teman mengikuti," ucapnya

Namun untuk acara Pameran Filateli Dunia tahun 2017 dimana Kota Bandung akan menjadi tuan rumah, Tono akan absen dalam gelaran acara tersebut. Sebab dirinya lebih berkonsentrasi menjadi panitia penyelenggara.

"Kebetulan Saya untuk tahun ini menjadi komisioner jenderal, tugasnya mengurusi seluruh peserta dari 60 negara atau 60 delegasi kontingen. Jadi Saya koordinatornya," ujarnya.

Tag Terkait