Panglima TNI gagas Gerakan Nusantara Bersatu 30 November

Oleh Farah Fuadona pada 23 November 2016, 11:55 WIB

Bandung.merdeka.com - Jika semua orang bicara saat ini sedang ramai membicarakan aksi 2 Desember 2016 yang diduga didesain untuk memecah belah bangsa. Hal berbeda dilakukan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, ia justru membicarakan aksi 30 November. Aksi damai mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tersebut ia namakan 'Gerakan Nusantara Bersatu'.

"Saya punya ide tanggal 30 (November), cari lapangan besar di seluruh provinsi yang ada. Ini bagian upaya pemersatu bangsa Indonesia, seluruh rakyat Indonesia bersama-sama dikumpulkan. Tentara, kyai, semuanya rela sorbannya menjadi merah putih," kata Gatot.

Hal itu disampaikan Jenderal TNI bintang empat tersebut dalam Seminar Nasional Peningkatan Ketahanan Bangsa untuk menjaga keutuhan NKRI yang diselenggarakan di Graha Sanusi Universitas Padjadjaran (Unpad), Bandung, Rabu (23/11).

Bukan tanpa sebab aksi tersebut dilakukan. Menurut dia, dalam aksi 4 November lalu yang meminta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok diproses sebenarnya sudah dipenuhi. Bukan tidak mungkin jika aksi susulan akan dilakukan kembali, namun itu bukanlah murni aspirasi umat muslim melainkan desain negara lain untuk memecah belah NKRI.

"Kita tunjukan, jangan coba-coba berhadapan dengan Indonesia. Karena jika bicara Indonesia bukan cuma TNI, tapi seluruh rakyat Indonesia bersama-sama," ujarnya dengan menggebu-gebu.

Gatot juga menjelaskan mengapa inisiasi itu dibuat. Hal itu tersirat, ketika Gatot mendengar kabar tentang pemukulan Ketua Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq oleh anggota TNI dari kesatuan Kostrad tadi malam.

"Setelah ditelusuri intelijen, ternyata yang nyebar adalah judi online dari Australia dan dari Amerika. Ternyata bukan dari dalam. Tujuannya tidak lain untuk memecah belah," ujar Gatot di hadapan peserta seminar yang hadir.

Menurut Gatot yang mengkhawatirkan adalah adanya keterlibatan pihak asing dalam penyebaran berita provokatif tersebut. Australia dan Amerika disebutnya menjadi dalang pemberitaan yang dapat menyebabkan perpecahan Indonesia tersebut.

Tag Terkait