Gelar demo, buruh di Jabar minta kenaikan UMP 20 persen

Oleh Farah Fuadona pada 27 Oktober 2016, 14:37 WIB

Bandung.merdeka.com - Massa dari Aliansi Buruh Jawa Barat (AJB) meminta kenaikan upah minimum provinsi (UMP) 20 persen pada 2017 mendatang. Kenaikan tersebut berdasarkan survei terhadap kebutuhan hidup layak (KHL) dari 60 item yang dilakukan.

Massa yang tergabung dari beberapa elemen buruh tersebut menggeruduk Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Kamis (27/10). "20 persen kenaikan itu sudah sangat proporsional. Itu sudah berdasarkan perhitungan KHL, inflasi dan pertumbuhan ekonomi disetiap daerah," kata Koordinator Aksi Roy Jinto disela aksinya.

Selain kenaikan tersebut, pihaknya juga mengingatkan kembali Gubernur Jabar Ahmad Heryawan untuk tidak menerapkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 78 tahun 2015 tentang pengupahan. Hal itu berkaca saat penetapan kenaikan pada 2016 lalu.

Menurut dia, indikasi penerapan penggunaan PP No 78 tahun 2015 itu mulai terlihat pada penetapan pengupahan 2017 mendatang. "Gubernur ini hanya akan menyesuaikan UMK berdasarkan laju pertumbuhan ekonomi secara nasional, padahal jika dilihat dari inflasi daerah itu berbeda," katanya.

Jika menggunakan PP No 78 tersebut lanjut dia, kepala daerah tingkat provinsi tidak akan bisa memberikan rekomendasi yang disampaikan Bupati/Wali Kota se-Jabar. "Ini seolah menutup mata atas rekomendasi tersebut," ujarnya.

Menurutnya Gubernur Jabar bisa mencontoh apa yang dilakukan Aceh, di mana daerahnya tidak berpegangan pada PP No 78. "Aceh itu baru kemarin memutuskan tidak menggunakan PP 78," kata Roy

Dalam aksinya massa menyampaikan beberapa tuntutan lainnya seperti menghapuskan upah minimum padat karya karena tidak jelas dasar hukumnya. Hapuskan UMP karena akan tumpang tindih dengan UMK yang sudah punya penghitungan masing-masing.

Massa yang tergabung dari SPN, FSPMI, SBSI 1992, Gasperminda, GOBSI, KSN, KSBI dan sejumlah elemen lainnya mengusung beberapa spanduk seperti tolak PP No 78/2015, naikah harga upah Rp 650 ribu.

Aksi buruh tersebut menutup Jalan Diponegoro atau tepatnya di depan Gedung Sate. Ratusan kepolisian mengawal jalannya aksi damai tersebut. Massa yang tiba sejak pukul 12.00 WIB sampai pukul 14.30 WIB ini masih berlangsung. Mereka secara bergiliran menyampaikan aspirasi lewat mobil yang disulap jadi panggung dadakan. Aksi tersebut sempat diguyur hujan. Meski demikian massa tidak menyurutkan semangat untuk tetap berorasi.

Tag Terkait