70 Persen kepala keluarga di Kota Bandung bahagia
Bandung.merdeka.com - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung melakukan penelitian mengenai indeks kebahagian warga di kotanya. Survey ini dilakukan dalam rangka melihat perkembangan kebahagian warga Kota Bandung dari waktu ke waktu.
"Pemerintah Kota Bandung memiliki niat kuat untuk meningkatkan kebahagiaan warganya. Publikasi yang kami sampaikan ini merupakan bagian dalam mendukung kebijakan Pemerintah Kota Bandung untuk mengkukur indeks kebahagian warga. Agar pemerintah dapat menemukan kebijakan publik yang tepat," kata Kepala Bidang Penelitian Pengembangan dan Statistik, Chairul Anwar dalam Jurnal Laporan Akhir Survey Indeks Kebahagian Kota Bandung 2015.
Bekerjasama dengan Laboratorium Quality Control Departemen Statistika Universitas Padjajdaran (LQC-Unpad) melakukan penelitian menggunakan beberapa variabel, yaitu kondisi kesehatan, pekerjaan, keamanan, hubungan sosial dan waktu luang.
Ridwan Kamil bersama warga Ujung Berung
© 2016 merdeka.com/Instagram Ridwan Kamil
Â
Hasil survey menunjukkan tingkat kebahagian Tahun 2015 sebesar 70,60 persen. Ini berarti warga Kota Bandung masuk dalam kategori kelompok orang berbahagia. Kesimpulan pada survey yang dilakukan Badan Statik Kota Bandung dan LQC-Unpad dapat disimpulkan bahwa indeks kebahagian tertinggi justru dimiliki oleh laki-laki sebagai kepala keluarga, dibandingkan perempuan sebagai pasangan hidupnya.
Faktor kemampuan ekonomi tetap menyumbang peranan besar dalam indeks kebahagian yang diterima warga Kota Bandung. Selain itu, survey menunjukkan pasangan yang memiliki pendidikan S2 dan S3 memiliki indeks kebahagian tertinggi.
Faktor kesehatan fisik dan lingkungan juga menyumbang tingkat kebahagian warga Kota Bandung. Korelasi positif sering bergaul dan bersosialisasi dengan tetangga membuat indeks kebahagian meningkat.
Sejak terpilihnya Ridwan Kamil sebagai Walikota Bandung, ia masif membangun sebanyak mungkin ruang publik. Konsep ini dilatarbelakangi warga Kota Bandung yang sebelumnya enggan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Salah satu penyebabnya, yaitu tidak tersedianya ruang publik yang representatif.