Jalan kaki Keliling Indonesia, Indra dapat gangguan mistis
Bandung.merdeka.com - Indra Azwan (57) banyak menemukan pengalaman unik selama jalan kaki keliling Indonesia demi menuntut keadilan bagi anaknya, Rifki Andika yang menjadi korban tabrak lari 8 Februari 1993.
Pengalaman itu mulai yang sifatnya mistik hingga horor saat dicegat rombongan babi hutan. Kejadian ini dialaminya saat memulai perjalanan di Sumatera. Untuk diketahui, ayah empat anak ini memulai aksi jalan kakinya dari Banda Aceh 9 Februari 2016. Dari situ ia menuju Jambi, Padang, Palembang, Lampung.
âSaat lewati PLTA Sumatera Utara ada anak kecil teriak-teriak tengah malam. Ada yang nangis hingga nyanyi-nyanyi,â tutur Indra seraya terkekeh.
Pria yang rambutnya sebagian sudah memutih itu mengaku tidak takut dengan kejadian di luar nalar itu. Baginya yang penting fokus pada tujuan, yaitu menuntut keadilan untuk anaknya.
Ia yakin banyak anak-anak bangsa yang menjadi korban ketidakadilan, namun mereka tidak terungkap ke permukaan. Lewat aksi jalan kaki keliling provinsi yang ada di Indonesia, ia mengajak masyarakat Indonesia untuk mau menuntut keadilan.
âKorban ketidakadilan di negeri ini ada di mana-mana. Mereka tak berkutik menghadapi hukum yang tajam ke bawah tumpul ke atas. Bukan saya saja yang menjadi korbannya, tapi banyak,â ujarnya.
Sejauh ini, Indra sudah melangkahkan kakinya di 13 provinsi termasuk Bandung, Ibu Kota Provinsi Jawa Barat. âSelama keliling saya sering ketemu dengan para korban, korban sengketa tanah, korban pembunuhan dan macam-macam. Jadi ayo kita rebut keadilan yang selama ini kita terjajah,â ujarnya.
Pengalaman unik lainnya juga terjadi di Sumatera, tepatnya di Medan. Ia pernah pingsan karena terserang penyakit cacar. Ia terbangun dari pingsannya ketika sudah berada di rumah sakit.
Masih di Sumatera, beberapa kali perjalanannya harus terhambat rombongan babi liar. Babi-babi liar tersebut sangat agresif. Konon babi-babi liar tersebut tidak sungkan melindas pengendara motor, apalagi pejalan kaki.
âMakanya ke mana-mana saya selalu membawa tongkat. Tongkat ini bisa jadi pelindung kalau ada hewan liar di jalan,â ujar Indra menunjukkan tongkat kayunya yang sudah mengkilat.
Indra sudah menemui Pemerintah Provinsi Jawa Barat di Gedung Sate, Bandung, Selasa pagi (10/5). Setelah itu ia akan melanjutkan perjalanan menuju Yogyakarta atau ibu kota provinsi yang ke 14.
Dari Yogya, ia akan melanjutkan perjalanan kakinya ke Semarang, Surabaya, Kalimantan, dan seterusnaya. Selama berjalan kaki, ia menggendong ransel yang dilengkapi dengan bendera merah putih serta tulisan berisi sindiran: âTerima Kasih Mahkamah Agung yang Menambah Penderitaan Saya 23 Tahun Mencari Keadilanâ.
Aksi jalan kaki Indra dipicu kematian anak sulungnya, Rifki Andika pada 8 Februari 1993. Saat itu, Rifki yang duduk di bangku kelas enam SD menjadi korban tabrak lari di Jalan Letjen S. Parman, Kota Malang.
Pelaku diketahui bernama Joko Sumantri, perwira menengah polisi. Upaya hukum yang berlarut-larut dan penuh permainan akhirnya memutus bebas Joko Sumantri. Terakhir upaya Peninjauan Kembali Indra menemui jalan buntu setelah Mahkamah Agung menyatakan PK itu ditolak dengan alasan kadaluarsa.
Untuk itulah Indra "berterima kasih" kepada MA. Selain itu, ia juga menggantung poster di lehernya yang berisi pesan "Kutagih Janjimu Presiden Aksi Jalan Kaki Keliling Indonesia".
Ia berharap aksi jalan kakinya menggugah Presiden Joko Widodo untuk membantu mewujudkan keadilan bagi Rifki. Presiden Joko Widodo adalah presiden pilihan rakyat yang berjanji akan membantu wong cilik seperti Indra.