Inen Rusnan, fotografer KAA yang setia merawat Spirit Bandung
Bandung.merdeka.com - Usai sudah rangkaian peringatan Konferensi Asia Afrika yang ke-61. Sebanyak 109 bendera negara Asia dan Afrika plus satu bendera PBB sudah diturunkan, Minggu sore(1/50).
Walau rangkaian hari peringatan telah usai, namun semangat KAA atau Spirit Bandung tidak berarti selesai. Semangat itu antara lain tercermin dari Inen Rusnan, fotografer KAA 1955. Meski sudah berusia 82 tahun, Inen tetap semangat menjaga Spirit Bandung.
Enam puluh tahun berlalu sejak KAA 1955, pria kelahiran Jatinangor, Sumedang, itu masih mengingat jelas peristiwa yang diliputnya. Banyak kepala negara dari Asia dan Afrika yang menghadiri KAA yang diabadikan kamera buatan Jerman kesayangannya. Kamera itu kini tersimpan di Museum KAA.
Hingga kini, Inen masih menyimpan sebagian koleksi foto KAA di rumahnya Jalan Cipaganti, Bandung. âRencananya saya ingin membuat museum di rumah sendiri, saya masih menyimpan foto-foto sisa kebakaran,â kata Inen, saat berbincang dengan Merdeka Bandung.
Pria yang sebagian rambutnya sudah mulai memutih ini mengacu pada peristiwa kebakaran rumahnya beberapa tahun lalu. Ia berhasil menyelamatkan foto-foto hasil dokumentasinya, antara lain kunjungan kerja Presiden Pertama RI, Soekarno ke Bandung.
Foto lainnya antara lain Jenderal Besar AH Nasution serta beberapa pejabat Kodam III Siliwangi. Ada juga foto dirinya bersama orang-orang penting lainnya.
Foto-foto karya Inen dipamerkan saat perubahan nama Jalan Cikapundung Barat menjadi Jalan Sukarno. âSayang kini foto-foto itu kehujanan dan kepanasan di jalan. Saya khawatir ada yang robek,â ujarnya.
Gedung Museum KAA Bandung
© 2016 merdeka.com/Iman Herdiana
Pada 1955, Inen ditunjuk Departemen Penerangan menjadi wartawan foto peliput konferensi yang mendorong kemerdekaan di negara-negara Asia dan Afrika. Ia bekerja tidak sendirian, ada tim yang dipimpinnya.
Waktu itu Inen memang sudah berprofesi sebagai tukang foto. Di zamannya, masih jarang anak muda yang menguasai teknik fotografi. Tugas itu tidak mudah, ia harus mendokumentasikan seluruh kegiatan KAA, membagi-bagikannya kepada tamu negara.
Inen memotret Soekarno dan para penggagas KAA seperti Perdana Menteri (PM) Ali Sastroamidjojo, PM Sri Lanka John Kotelawala, PM India Jawaharlal Nehru, PM Birma/Myanmar U Nu, dan PM Pakistan Muhammad Ali.
âSaya langsung foto-foto saja mereka tanpa harus minta izin karena sudah tugas saya dokumentasi,â katanya.
Teknologi fotografi zaman Inen tidak secanggih saat ini. Semua mesti dilakukan serba manual, mulai mengisi kamera dengan film, memotret hingga memprosesnya di kamar gelap. Semua tugas tersebut bisa dilakukan Inen.
âDulu saya percaya diri saja kalau motret. Kalau sekarang kan sudah canggih, gambar jelek bisa dihapus,â ujarnya.
Kini karya-karya Inen dipajang di Museum KAA, sebagian lagi menjadi arsip negara. Lengkapnya arsip KAA membuat dokumentasi KAA ditetapkan sebagai Warisan Ingatan Dunia atau Memories of The World oleh UNESCO-PBB 2015 lalu.