Esther, pilot perempuan senior penguji terbang perdana pesawat PT DI
Bandung.merdeka.com - Profesi sebagai pilot bukanlah hegemoni pria, melainkan perempuan juga bisa melakoni profesi tersebut. Seperti salah satu pilot perempuan senior yang dimiliki Indonesia ini, Esther Gayatri Saleh. Dia merupakan pilot yang memiliki jam terbang tinggi dan sudah lama bergabung dengan PT Dirgantara Indonesia (PT DI).
Kini, Esther telah menjadi andalan PT DI sebagai test pilot atau pilot penguji terbang perdana pesawat yang telah selesai dirakit. Menurut dia, test pilot dan pilot operator sangat berbeda meski kesamaan kedua pekerjaan tersebut sama-sama memiliki risiko tinggi berkaitan keselamatan jiwa.
"Berbeda antara pilot penguji pesawat dengan pilot operator. Memang sebagai pilot penguji pesawat itu tidak mudah, intinya harus memiliki dedikasi kuat dan keahlian khusus. Profesi test pilot ini tantangannya juga berbeda, sebab harus menguji pesawat yang belum pernah diterbangkan orang lain," terang Esther, beberapa waktu lalu.
Usai menguji terbang perdana pesawat, Esther memberikan pelatihan kepada para pilot sehingga dapat menerbangkan pesawat baru dengan aman dan nyaman. Bahkan, selama proses pembuatan pesawat yang dilakukan PT DI, dia juga turut memberikan masukan.
Perempuan berambut pendek ini mengakui hanya segelintir orang menekuni diri menjadi test pilot. Kalaupun ada yang melakoni serius, pekerjaan tersebut didominasi pria.
"Perempuan lainnya belum ada yang tertarik (jadi test pilot). Mereka tersedot ke airlines. Tentu gabung sebagai pilot operator itu ingin gaji besar, ya sah-sah saja. Mereka mungkin enggak terpikir tes-tes begini," tutur Esther.
Esther telah 30 tahun menjalani sebagai test pilot dan mengantongi pengalaman 6.600 jam terbang. Meski menyadari menghadapi resiko, bahkan taruhannya nyawa, Esther tetap mencintai pekerjaannya tersebut.
"Enggak ada yang instan untuk menjadi pilot. Apalagi untuk penguji pesawat, dibutuhkan ketekunan dan mau mengeksplorasi hal baru. Jangan pernah berhenti untuk terus belajar," kata Esther.
Perempuan lulusan sekolah pilot di Swayer School Of Aviation, Phonix, Amerika Serikat, ini telah merasakan performa semua produk pesawat karya dan hasil pengembangan PT DI. Jenis pesawat buatan Bandung yang dibesut Esther antara lain CN-235, CN-295 dan NC-212i.
"Ada sekitar delapan hingga sembilan jenis pesawat yang sudah saya terbangkan. Termasuk jenis aerobatic," tutur perempuan berambut pendek kelahiran Palembang 3 September 1962.
Pertengahan Desember 2015, pesawat N-219 made in Bandung telah resmi dipamerkan kepada publik. Apabila tak ada aral melintang, pesawat dengan dua mesin turboprop karya PT DI dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) itu akan terbang perdana pada 2016 mendatang.
Esther pun tak bakal menolak jika dipercaya menerbangkan secara perdana N-219 yang memiliki kapasitas 19 penumpang. "Apabila Tuhan berkenan, saya siap," ucap Esther.
Dia merasa bangga seandainya turut andil masuk dalam catatan sejarah dengan menerbangkan N-219 pertama kalinya pada 2016. Namun Esther tampak tidak ambisus. "Sekali lagi, Tuhan yang mengatur agenda nanti," ujarnya.