Mengangkat ruh kepahlawanan lewat Konser Bandung Philharmonic

Oleh Mohammad Taufik pada 25 April 2016, 10:56 WIB

Bandung.merdeka.com - Kawasan Gedung Merdeka baru saja diguyur hujan, Jalan Asia-Afrika, Bandung, Sabtu (23/4) malam. Di samping gedung terdengar musik band anak muda yang biasa menderu-deru saban malam Minggu.

Kontras dengan yang terjadi di dalam Gedung Merdeka, ratusan pengunjung khusuk menyimak sajian musik orchestra yang dibawakan Bandung Philharmonic bertema 'Heroes'.

Kelompok musik orchestra asal Bandung itu menyuguhkan sekitar 10 komposisi di bawah pimpinan konduktor Robert Nordling asal Amerika Serikat. Konser bertajuk Heroes ini bagian dari peringatan Konferensi Asia Afrika ke-61.

Bandung Philharmonic merupakan kelompok musik yang dibentuk 2015 lalu oleh empat musisi muda Airin Efferin (piano), Fauzie Wiriadisastra (flute), Ronny Gunawan (flute) dan Putu Sandra (violin).

Mereka menyajikan berbagai komposisi bersama 60 musisi pengiring lainnya yang membawakan violin II, viola, cello, contra bass, flute, oboe, clarinet, bassoon, horn, trumpet, trombone, tuba, timpani, perkusi, harpa dan piano.

Konser musik klasik yang terbilang langka itu terbagi dalam dua sesi. Tiap sesi, panitia selalu mengingatkan penonton agar tidak menimbulkan suara-suara mengganggu jalannya konser, seperti suara ponsel dan kamera. Dan, bila perlu napaspun ditahan.

Pada satu sesi, konser tiba pada komposisi Ludwig van Beethoven, komponis besar Jerman (1770-1827) berjudul Simfoni No 3, Op.55 'Eroica'.

Eroica merupakan musik klasik yang diawali dengan tempo cepat, alat musik gesek bersahutan membentuk simfoni dengan alat musik lainnya. Menurut Robert Nordling, musik ini memiliki ruh kepahlawanan sebagaimana judulnya.

Ada empat nomor komposisi yang terhimpun dalam 'Eroica', yakni Allegro con brio, Marcia funebre: Adagio assai, Scherzo: Allegro vicace, dan Finale: Allegro molto.

Sebelum membuka babak kedua konser Heroes, Robert Nordling sempat menyapa penonton. "Selamat malam," katanya dengan bahasa Indonesia yang terbata-bata.

Dalam konser itu, panitia menjual habis semua tiket yang berjumlah 400 tiket. Penonton yang hadir antara lain mantan Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia Miranda Goeltom, Kepala Museum KAA Thomas A Siregar, Seniman Sunaryo, Dosen filsafat Unpar Bambang Sugianto.

Robert menjelaskan, pihaknya memberi tema konser Heroes sesuai dengan momentum KAA dan tempat jalannya konser, yakni di Gedung Merdeka. Menurut dia, kini banyak jenis pahlawan. Lima sampai 60 pahlawan di antaranya adalah musisi yang ada di hadapan penonton. Mereka telah berlatih untuk menyuguhkan komposisi musik yang apik.

"Tapi saya juga melihat ada banyak pahlawan di hadapan saya," kata Robert kepada penonton. "Karena musik perlu dibagikan, dukungan dan penikmat. Jadi dalam konser malam ini Anda sudah mainkan peranan penting."

Kalimat tersebut mendapat tepuk tangan penonton. Robert kemudian mengulas latar belakang lagu 'Eroica' yang ditulis Beethoven pada 1805. Tadinya lagu tersebut ditulis untuk Napoleon Bonaparte sebagai orang yang akan mewujudkan kemerdekaan dan kesetaraan.

Namun Napoleon kemudian mengangkat dirinya sebagai kaisar. Beethoven marah dan mengubah lagu yang ditulisnya dan diberi judul: Eroica. "Kita tak tahu siapa yang dimaksud pahlawan dalam Eroica, mungkin seluruh republik, mungkin para musisisi, atau mungkin konduktor," katanya seraya tertawa.

Mungkin juga pahlawan itu Beethoven. Tapi yang jelas, kata dia, sensasi kepahlawanan ada pada musik Eroica.

Konser yang dimulai pukul 19.30 WIB itu dibuka dengan lagu Indonesia Raya secara orkestra pukul 19.30 WIB. Bandung Philharmonic juga menyuguhkan komposisi karya komponis Jerman lainnya, Wilhelm Richard Wagner (1813- 1883), lalu komposisi Edward Elgar (1857-1934), hingga komposisi yang ditulis musisi muda Indonesia Marisa Sharon Hartanto berjudul Rumbles to the Past: Purcell Revisited. Konser kemudian ditutup dengan lagu Indonesia Tanah Air Beta.

Tag Terkait