Pasar Dikuasai Produk Impor, Kopi Liquer Lokal Siap Masuk Pasar Nasional
Bandung.merdeka.com - Pasar produk kopi liquer saat ini masih dikuasai oleh produk-produk impor. Hal ini menjadi potensi bagi produk lokal untuk berkembang melalui produk UMKM. Apalagi potensi pasar untuk produk kopi liquer cukup besar yakni ada di 2,2 juta jiwa.
Produk UMKM asal provinsi Bali siap masuk pasar nasional Indonesia. Produk ini merupakan kombinasi antara kopi Bali dan arak Bali yang sudah dikenal selama ini. Perpaduan dua produk kearifan lokal tersebut diharapkan bisa mengisi ceruk pasar yang selama ini dikuasai oleh produk impor dan sekaligus menjadi inovasi baru untuk mengangkat kembali potensi ekonomi Bali yang amat terpukul oleh pandemi Covid-19.
Kerjasama pengembangan produksi dan pemasaran kopi liqueur tersebut melibatkan PT Sarana Bali Ventura yang menggandeng perusahaan bisnis inkubasi UMKM, PT Lumina Kaya Indonesia (Kaya.id) yang akan fokus pada kegiatan pemasaran dan promosi produk UMKM binaan SBV ini. Sementara UMKM yang terlibat dalam produksi kopi liqueur khas Bali ini adalah CV Parta Jaya yang selama ini memproduksi arak bali di Kabupaten Karangasem - dan Koperasi Sumber Mertha Buana - yang merupakan produsen kopi arabica dan robusta yang berbasis di Kabupaten Badung.
Kerjasama tersebut ditandatangani oleh Direktur Utama SBV I Made Gunawirawan, Direktur Kaya.id Junita Kartikasari, Direktur CV Parta Jaya Wayan Suantara dan Ketua Koperasi Sumber Mertha Buana Wayan Terima. Hadir pula pada acara tersebut, Komisaris SBV Muhamad Sidik Heruwibowo dan Komisaris Kaya.id Richard Sam Bera.
I Made Gunawirawan mengatakan, dengan skema kerjasama tersebut, SBV bertanggung jawab pada pengembangan produk yang digarap oleh UMKM binaannya, sementara KAYA.id fokus pada promosi, pemasaran dan pengembangan Brand Kopi Liquer.
"Kami memiliki mimpi besar mengangkat usaha arak dan kopi yang selama ini terpinggirkan, agar bisa naik kelas. Kami ingin mengubah paradigma arak bali dan kopi bali yang masih menjadi tamu di negeri sendiri, menjadi tuan rumah,â ungkap dalam keterangan tertulisnya.
Sementara itu, Nita Kartikasari menyebut jika produk kopi liqueur ini adalah sebuah terobosan baru dengan memadukan dua produk asli Bali, yaitu kopi dan arak Bali.
"Kami yakin kopi liquer ini akan menjangkau pasar yang lebih besar, baik di Bali maupun di Indonesia, karena selama ini Bali memiliki tradisi meminum kopi, arak, ataupun perpaduan keduanya. Produk perpaduan keunggulan kopi dan arak bali tersebut akan menjadi kopi liqueur kami yakini akan menarik di pasaran," katanya.
Wayan Suantara menambahkan bahwa percobaan produk baru ini sudah dilakukan sejak awal Oktober 2020 dan telah menghasilkan berbagai varian.
Dengan fasilitas produksi yang ada, pihaknya sanggup mendestilasi sampai 600 liter per hari. Tak hanya itu, produk kopi liqueur bisa menjadi potensi pasar yang baru bagi para petani kopi Bali di bawah naungan koperasinya.
"Area petani yang bernaung di kami mencapai 120 hektar dengan produksi tahunan bisa mencapai 200 ton kopi arabica maupun robusta. Jadi pasokan kopi aman, berapapun dibutuhkan kami siap. Jika kerjasama ini bisa dimaksimalkan, ujung-ujungnya akan sangat membantu para petani kopi," ungkapnya.