10 tahun band konspirasi diadili di pengadilan musik

Oleh Endang Saputra pada 28 Oktober 2018, 12:58 WIB

Bandung.merdeka.com - Konspirasi, band yang sudah 10 tahun mewarnai musik grunge ini hadir di Pengadilan Musik. Dalam acara yang diinisiasi oleh DjarumCoklatDotCom (DCDC) itu, band yang para personilnya sudah malang melintang puluhan tahun di industri musik itu diadili dengan balutan komedi.

Dimulai dengan lagu Indonesia Raya, Pengadilan Musik kali ini memang terasa berbeda. Bila biasanya acara ini lebih banyak megadili band beraliran hardcore, kini giliran Konspirasi yang berada di atas pentas. Kali ini, masih dengan candaan yang selalu tersuguh dalam setiap acara Pengadilan Musik digelar.

Band yang digawangi oleh Edwin Syarif (Gitaris band Cokelat), Marcell Siahaan (Penyanyi Solo), Candra Hendrawan Johan alias Che (Vokalis Cupumanik), dan Romy Sophiaan (Bassist The Acid) ini hadir dengan penampilan sangat santai.

Dimulai pukul 20.00 WIB, Pengadilan Musik kali ini dipimpin oleh Man Jasad selaku Hakim, Jaksa Penuntut yaitu Budi Dalton dan PidiBaiq, sedangkan Kursi Pembela ditempati oleh Yoga (PHB) dan Ruly Cikapundung, dan jalannya persidangan diatur oleh Eddi Brokoli sebagai Panitera.

Sang Gitaris, Edwin bercerita kisah terbentuknya band yang hadir sejak 2008 silam itu. Saat itu, ia memiliki ide untuk membuat sebuah band dengan referensi musik tahun 1990an. Pemilihan genre grunge, kata dia, memang menjadi minatnya sejak lama dan tentunya tak bisa ia tuangkan di bandnya Cokelat.

"Pada saat itu ingin bikin band yang punya referensi musik 1990an. Saya saat itu kuliah di Bandung dan tahu banget kalau suka musik sound garden juga. Kemudian saya ajak Marcell soalnya saya yakin dia mau dan akhirnya Marcell yang punya ide punya nama Konspirasi ini," ujar Edwin saat ditemui dalam acara Pengadilan Musik, Kamis (25/10).

Sementara itu, Marcell mengaku bahwa pemilihan nama Konspirasi ini memang merupakan ide yang hadir darinya. Tak hanya nama band, Marcell juga langsung mengusulkan nama album perdana mereka yakni Teori Konspirasi.

"Saat itu ada beberapa nama untuk band ini. Edwin kasih, Che juga kasih. Dari sekian lama pemilihan nama band, akhirnya Konspirasi dipilih. Saya bahkan bilang saat itu kalau suatu saat bikin album, judulnya akan Teori Konspirasi. Saya sudah kepikir dengan segala macam langkah dan mereka pun tidak menolak usulan nama ini," kata Marcell.

Secara musikalitas Konspirasi mengaku banyak terinspirasi oleh Soundgarden, Alice in Chains, Stone Temple Pilots dan Pearl Jam. Mereka menghadirkan post grunge sebagai ramuan utama di musik mereka. Sebagai sebuah band super grup yang hampir semua personilnya adalah tokoh musisi yang sudah banyak dikenal publik tidak mudah bagi Konspirasi untuk mendapatkan perhatian.

Pembuktian sebuah band tentu dari karya yang mereka hasilkan. Pada tanggal 30 September 2011 Konspirasi merilis single perdana yang berjudul Melawan Rotasi. Single ini berhasil mencuri perhatian ditengah maraknya musik pop melayu kala itu.

Menyusul kemudian album perdana Konspirasi yang diberi titel Teori Konspirasi dirilis pada bulan November 2011 dibawah label E-Motion semakin memperkuat eksistensi mereka di industry musik Indonesia. Pada tahun 2017 Konspirasi menjadi band yang mewakili Asia dan Indonesia untuk tampil di Amerika pada acara Hard Rock Rising di Miami Florida setelah menjadi pemenang dalam Hard Rock Rising Battle Band 2017 edisi Indonesia.

Bertepatan dengan hari kebangkitan nasional, tanggal 20 Mei 2017 Konspirasi merilis single dengan judul Mantra Provokasi yang liriknya dibuat oleh Che. Sebuah single yang bercerita tentang ke bhineka an Indonesia. Sebuah lagu yang akan mengajak para pendengarnya untuk selalu merawat perbedaan dengan nilai toleransi dan menghargai segala macam bentuk perbedaan.

Setelah itu Konspirasi merilis single berikutnya dengan judul Dominasi. Masih dengan kekuatan lirik yang ditulis oleh Che di single ini Konspirasi mengangkat tema kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan. Konsirasi mencoba menggugat mispersepsi dari sudut pandang teologis tentangrelasi sosial yang dibangun oleh laki-laki dan perempuan.

Dua single inilah yang dijadikan sebagai ajang pemanasan sebelum mereka berencana untuk merilis album penuh mereka ditahun 2018. Dengan segala idealisme dan konsistensi genre grunge dan kematangan musikalitas para personilnya selama 10 tahun sudah tentu mereka patut mendapat perhatian dan apresiasi.

Hal itu pula lah yang akhirnya menjadi dasar Pengadilan Musik edisi ke-26 mengundang Konspirasi untuk diuji ketahanannya dalam mempertanggung jawabkan karya-karya yang sudah mereka hasilkan.

"Pengadilan Musik kali ini menghadirkan Konspirasi. Band ini dari individu personil memang sudah malang melintang di dunia musik. Kemarin Pengadilan Musik sempat istirahat, sekarang hadir lagi makanya kami berupaya menghadirkan band yang beda untuk diadili. Ternyata animo penontonnya begitu luar biasa," kata Perwakilan dari DCDC, Dikki Dwisaptono.

Â

Â

Tag Terkait