Lulusan SMK digenjot jadi wirausaha muda
Bandung.merdeka.com - Bila dulu pemikiran orang bagi mereka yang mengenyam pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) agar cepat mendapat pekerjaan, kini Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengenjot lulusan SMK untuk menjadi wirausaha muda.
Kemendikbud kini terus berupaya mengembangkan kewirausahaan di kalangan siswa SMK. Melalui program Bantuan Pengembangan Pembelajaran Kewirausahaan SMK, para kepala sekolah ditantang untuk melahirkan lebih banyak wirausaha muda dari SMK.
"Program 'Sekolah Pencetak Wirausaha' ini untuk mengintegrasikan konsep BMW yaitu bekerja, melanjutkan studi, wirausaha," ujar Kepala Subdirektorat Kurikulum Direktorat Pembinaan SMK, Mochamad Widiyanto, di kegiatan Bimbingan Teknis Bantuan Pengembangan Pembelajaran Kewirausahaan di Hotel The Jayakarta, Selasa (5/6).
Saat ini, pendidikan kewirausahaan di SMK diimplementasikan dalam berbagai bentuk pembelajaran berbasis produksi dan bisnis, seperti 'Teaching Factory', atau 'Techno Park'.
"Kegiatan ini merupakan praktik nyata dari mata pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan (PKK) dan Simulasi dan Komunikasi Digital," tutur pria yang akrab disapa Widi.
Direktur SEAMEO (The Southeast Asian Ministers of Education Organization) Secretariat, Gatot Hari Priowirjanto menyampaikan, SPW merupakan bagian dari upaya pemerintah mencapai target Revitalisasi SMK sesuai Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016.
"Kita ingin mencetak siswa dengan 'kartu biru', anak-anak yang bisa membuka lapangan kerja, baik untuk diri sendiri atau orang lain," kata Gatot.
Tahun 2018 ini, Direktorat Pembinaan SMK menargetkan 150 SMK mengikuti program SMK Pencetak Wirausaha (SPW). Angkatan I program SPW ini diikuti sebanyak 114 sekolah.
SMK diberikan bantuan berupa bimbingan teknis dan pembiayaan agar mampu melahirkan wirausaha muda. Targetnya lima persen dari total lulusan dapat menciptakan lapangan kerja atau menjadi wirausaha.
Program SPW merupakan model pembelajaran yang mendorong siswa untuk memiliki keterampilan melalui praktik usaha. Siswa didorong melakukan praktik wirausaha berbasis daring atau online karena dipandang relatif murah dan mudah untuk pemula.
Khususnya bagi siswa generazi Z, sejalan dengan upaya menghadapi era industri 4.0. Target yang ditetapkan adalah omzet per semester.
Indikator keberhasilanya adalah jika siswa tidak perlu mencari pekerjaan, bahkan mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi dirinya maupun orang lain.
Pendidikan kewirausahaan ini sejalan dengan penguatan pendidikan karakter (PPK). Salah satu nilai karakter utama yang ingin dicapai melalui program SPW ini adalah kemandirian.
"Dia belajar membongkar rasa malu, belajar menjadi konsisten, tentang komitmen, dan belajar untuk dapat dipercaya," katanya.