Unik, miniatur kereta uap dari sampah Sungai Cikapundung
Bandung.merdeka.com - Sebagian besar orang berpikir jika sampah sungai hanyalah barang tidak berguna. Namun siapa sangka, di tangan Andi Sutisna (63) sampah sungai disulap menjadi karya bernilai mahal.
Warga Babakan Ciamis, Kota Bandung ini mampu membuat miniatur kereta uap dari limbah padat Sungai Cikapundung seperti kaleng obat nyamuk, paralon bekas, tutup spidol, cricket, paralon, cangkokan lampu, dan sampah lainnya.
Ada beragam miniatur jenis kereta uap berhasil dia ciptakan. Sebut saja lokomotif F-10, C-16, D-51, D-10. Pria yang akrab disapa Abah Andi ini mampu menciptakan miniatur kereta uap hampir menyerupai aslinya. Secara sekilas, orang tak akan mengira jika komponen yang digunakan berasal dari sampah sungai.
"Rumah Abah kan di sisi Sungai Cikapundung. Di situ banyak sampah seperti bahan plastik, nah sama Abah dikumpulkan. Dari situ abah terpikir buat bikin karya," ujar Abah Andi saat berbincang dengan Merdeka Bandung di kediamannya, Jalan Babakan Ciamis No 39, Kelurahan Babakan Ciamis, Kecamatan Sumur Bandung.
Abah Andi menceritakan awal mula dirinya membuat miniatur kereta uap ini setelah dirinya berhenti bekerja di perusahaan proyek pembuatan vila di Bogor. Sembari menunggu panggilan kerja, Abah Andi ingin mengisi waktunya dengan berkarya. Ceceran sampah yang berada di bantaran Sungai Cikapundung dia kumpulkan untuk selanjutnya dibuat jadi karya kreatif.
Sebelum membuat miniatur kereta uap, Abah Andi mengaku awalnya membuat beragam souvenir seperti gantungan kunci, hiasan dinding hingga miniatur motor. Tak hanya itu dia pernah membuat moniatur rumah adat sunda hingga boneka.
"Abah bikin kereta uap karena teringat masa kecil waktu di Garut. Waktu itu Abah suka menumpang kereta kalau pergi sekolah. Jadi kepikiran bikin kereta uap zaman dulu," kata pria kelahiran Bandung 11 April 1954 ini.
Dalam proses pembuatan kereta uap ini, Abah Andi hanya berbekal gambar dari kalender pemberian saudaranya yang bekerja di PT. KAI. Dari kalender bergambar kereta uap itulah dia mulai membuat karya kreatifnya.
Sejak tahun 2015, hingga saat ini Abah Andi telah membuat tujuh miniatur kereta uap dengan berbagai ukuran. Miniatur kereta terkecil berukuran 40 cm. Sementara miniatur kereta uap paling besar berukuran 1,5 meter.
"Kalau yang kecil proses pembuatan satu sampai dua minggu. Kalau yang besar, dua minggu sampai satu bulan ," ucapnya.
Abah Andi mengaku membuat karya tersebut tidak untuk dijual. Namun lantaran tempat untuk menyimpan karyanya tersebut tidak lagi mencukupi, dia akhirnya memutuskan untuk menjual karyanya itu. Satu kereta berukuran kecil dihargai Rp 500 ribu, sementara yang berukuran besar Rp 1-2 juta.
"Karena sudah banyak sekali ini di rumah. Jadi pengen dijual sama Abah karena ga ada tempat," ungkapnya.
Ke depan Abah ingin membuat karya lainnya dari sampah sungai. Dia berharap buah karya tersebut dapat mengingatkan masyarakat bahwa sampah jika diolah dapat menjadi karya seni. "Saya tidak melihat hasil karya tapi hasil kreatifnya," katanya.